Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Greysia Polii dan Akhir Penasaran 14 Tahun di SEA Games

10 Desember 2019   08:38 Diperbarui: 10 Desember 2019   17:46 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Greysia Polii akhirnya meraih medali emas SEA Games setelah menunggu 14 tahun. Kemarin, bersama Apriani, dia mengalahkan ganda putri Thailand di final nomor perorangan ganda putri./Foto: badmintonindonesia.org

Logikanya, bila di Asian Games yang levelnya Asia dan lawan-lawannya lebih berat karena ada Jepang dan Tiongkok, juga Korea Selatan, Greysia bisa meraih medali emas, masak di SEA Games yang levelnya "hanya" di Asia Tenggara, dia tidak bisa meraih emas?

Bahkan, dia sudah bolak-balik meraih gelar juara di BWF World Tour yang persaingannya sudah level dunia karena semua pemain top dari negara manapun ikut tampil.

Memang, rasanya terdengar agak aneh. Namun, begitulah kenyataannya. Bahwa Greysia seperti dijauhi keberuntungan ketika tampil di SEA Games. Dia bukannya tidak punya peluang. Justru, dia pernah tiga kali berpeluang meraih medali emas SEA Games. Tapi semuanya gagal. Dia selalu merana di final.

Berawal di Manila, berakhir di Manila
Menengok penampilan Greysia Polii di SEA Games, kita seperti melihat film drama dengan durasi panjang yang ceritanya menguras emosi. Ada momen sedih. Ada momen bahagia.

Kisah Greysia Polii di SEA Games bermula di tahun 2005 yang juga digelar di Manila, Fipilina. Kala itu, Greysia masih berusia 17 tahun. Dia berpasangan dengan Jo Novita, seniornya yang kala itu berusia 24 tahun.

Kala itu, bulu tangkis masih menggunakan sistem 15 poin dan pindah bola. Belum ada reli poin. Greysia dan Jo yang bukan pemain unggulan, bisa tampil bagus. Bahkan, di semifinal, mereka bisa mengalahkan unggulan 1 asal Thailand, Saralee Thungthongkam/Satinee Jankrajangwong 15-8, 17-15.

Sayangnya, di final, mereka dikalahkan unggulan 2 asal Malaysia, Wong Pei Ty/Chin Eei Hui lewat rubber game, 12-15, 15-9, 13-15. Greysia pun hanya meraih medali perak. Toh, pencapaian itu lumayan untuk atlet muda berusia 17 tahun.

Dua tahun kemudian, Greysia dan Jo kembali tampil di SEA Games 2007 di Thailand yang merupakan penampilan terbaik tim bulu tangkis Indonesia. Semua medali emas yang dipertandingkan, disapu bersih oleh kontingen Indonesia. Greysia/Jo ikut menjadi bagian tim putri yang meraih medali emas itu.

Namun, di kategori perorangan, lagi-lagi mereka gagal. Kenangan buruk di SEA Games 2005, seolah kembali terulang. Kali ini di final bertajuk "all Indonesian final" Greysia/Jo kalah dari rekan sepelatnas, Liliyana Natsir/Vita Marissa.

Lalu, tahun 2009, di SEA Games di Laos, Greysia kembali turun memperkuat tim Indonesia. Kali ini, dia bermain bersama Nitya Krishinda Maheswari. Sayangnya, mereka kalah di babak perempat final dari ganda Thailand, Savitree Amitrapai/Vacharaporn Munkit (Thailand) dengan skor 19-21, 21-7, 10-21.

Dua tahun kemudian. Ketika SEA Games 2011 digelar di Jakarta, Greysia justru tidak ikut tampil. Dia absen bermain karena mengalami cedera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun