Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mourinho, "Artis Top" yang Kembali Tampil di "Panggung" Kesenangannya

26 November 2019   09:01 Diperbarui: 26 November 2019   09:03 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jose Mourinho (kanan) akan kembali ke Liga Champions yang merupakan 'panggung' kesenangannya bersama kub barunya, Tottenham Hotspur. Tottenham akan menghadapi Olympiakos di laga matchday V fase grup, Selasa (26/11) malam nanti waktu Eropa/Foto: footbal.london/Getty Images

Bukan Jose Mourinho namanya bila tidak percaya diri. Karakter menghargai diri secara berlebihan, pongah, dan congkak itu seolah menjadi identitas bagi pelatih top asal Portugal ini. Meski usianya kini 56 tahun, ternyata tidak menghilangkan sifat sombong itu.

Seperti kemarin, ketika Mourinho tampil dalam sesi jumpa pers jelang tim barunya, Tottenham Hotspur, tampil di Liga Champions. Tottenham akan menjamu tim Yunani, Olympiakos pada matchday V fase grup Liga Champions, Selasa (26/11) malam waktu setempat atau Rabu (27/11) dini hari waktu Indonesia.

Oleh beberapa wartawan yang hadir, Mourinho dibombardir beberapa pertanyaan yang intinya membandingkan dirinya dengan pelatih Tottenham sebelumnya, Mauricio Pochettino. Malah ada jurnalis yang menganggap Mourinho tengah menanggung beban berat. Sebab, di musim lalu, Tottenham bersama Pochettino, bisa tampil di final. Meski akhirnya dikalahkan Liverpool.

Apa kata Mourinho?

"To arrive in the final is an incredible achievement but it's not history. History is winning".

Begitu kata Mourinho seperti dikutip The Guardian. Menurutnya, bisa tampil di final Liga Champions memang sebuah pencapaian hebat. Namun, baginya, itu belum bisa dimasukkan dalam lembaran sejarah. Baginya, sejarah adalah ketika menjadi juara. Karenanya, dia lantas menyombongkan diri, sekaligus 'menyerang' Pochettino.

"Asal kalian tahu, saya tidak pernah kalah di final (Liga Champions," sambung pelatih yang pernah menjuluki dirinya sebagai The Special One ini.

Terlepas dari sikapnya yang memang pongah, sebenarnya sikap Mourinho itu bisa dipahami. Di Liga Champions, dia memang punya pencapaian hebat. Dia pernah juara dua kali. Bukan sekadar seperti tong kosong yang hanya nyaring bunyinya.  

Bahkan, dalam sejarah Liga Champions (dulu bernama European Cup) yang digelar mulai tahun 1956, hanya ada lima orang yang bisa dua kali juara dengan klub berbeda. Nah, dari lima orang itu, hanya dua yang masih aktif melatih. Yakni Mourinho dan Carlo Ancelotti.

Itu pencapaian sulit. Faktanya, Pep Guardiola yang pernah juara dua kali bersama Barcelona, belum mampu juara bersama klub lainnya. Tidak bersama Bayern Munchen. Juga belum bersama Manchester City.

Pendek kata, Mourinho bak seorang aktor top yang kembali tampil ke panggung kesenangannya. Sebuah panggung yang tidak asing baginya.  Di panggung ini, Mourinho tahu bagaimana caranya menndapatkan aplaus dan standing ovation dari penonton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun