Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Kalah dari Pasangan "Eksperimen" Korsel di Kejuaraan Dunia 2019, Ada Apa dengan Marcus/Kevin?

22 Agustus 2019   06:43 Diperbarui: 23 Agustus 2019   10:08 1545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marcus/Kevin langsung out di Kejuaraan Dunia 2019 usai dikalahkan ganda putra Korea/Foto: badmintonindonesia.org

Sebab, bila bisa mengalahkan Marcus/Kevin, tentunya mereka akan menjadi headline. Begitu juga yang terjadi pada Choi Solgyu/Seo Seung Jae.

Sebenarnya, siapa ganda Korea ini?
Pasangan ganda putra Korea ini bisa dibilang merupakan 'proyek eksperimen'. Sebelumnya, Choi Solgyu (24 tahun) merupakan pemain ganda campuran sejak di level junior. Bersama Chae Yoo-jung, mereka pernah jadi juara Asia junior 2012 dan 2013. Lantas jadi juara di beberapa turnamen BWF Grand Prix dan International Challenge.

Sementara Seo Seung-jae bermain dobel di ganda putra dan ganda campuran. Dia meraih beberapa gelar di anda campuran bersama, pemain senior Kim Ha-na. Termasuk juga bermain bareng Chae Yoo-jung dengan meraih gelar di Spain Masters dan German Open di tahun 2019 ini.

Nah, pasangan ganda putra ini baru bermain bersama sejak tahun lalu. Mereka merangkak dari bawah dengan tampil di turnamen International Challenge. Mereka juara di Irish Open dan Norwegian International 2018 yang lawan-lawannya tentu bukan pemain top.

Namun, di level yang lebih tinggi, yakni BWF World Tour, keduanya tak terlalu 'banyak bicara'. Prestasi tertinggi hanyalah juara di Korea Masters Super 300 pada akhir tahun lalu.

Sementara tahun ini, prestasi terbaik mereka hanyalah finalis Spain Masters 2019 pada Februari lalu.

Tetapi memang, seperti yang saya tuliskan di awal tulisan ini, rivalitas dalam bulutangkis itu sangat cair. Tidak ada teorinya, pemain unggulan selalu bisa menang melawan pemain yang bukan unggulan. Yang berlaku, siapa yang paling siap fisik dan mental, sabar dan siap capek di lapangan, mereka yang akan menang.

PR serius bagi PBSI
Hasil pahit ini tentunya menjadi 'pukulan keras' bagi Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Sebab, tidak sekali ini, Marcus/Kevin gagal meraih hasil bagus di turnamen penting. Sebelumnya, mereka juga gagal di All England 2019.

Kegagalan pemain andalan Indonesia seperti Marcus/Kevin di turnamen penting, tentunya menjadi pekerjaan rumah (PR) serius bagi PBSI. Jangan sampai cerita ini terulang di kemudian hari. Utamanya di Olimpiade 2020 di Tokyo yang tentu saja menjadi target utama.

Jangan sampai, mereka panen gelar di turnamen BWF World Tour tetapi justru malah gagal di turnamen 'kelas berat' yang menjadi prioritas. Ini yang harus dievaluasi PBSI. Apakah karena Marcus/Kevin terlalu sering tampil di turnamen sehingga ke depannya harus lebih selektif? Ataukah karena lawan memang tampil lebih termotivasi ketika melawan mereka?

Tapi, saya percaya, Marcus/Kevin bisa segera bangkit dari hasil pahit di Basel ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun