Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Marcus/Kevin Kalah Lagi, Untung Olimpiade "Masih Jauh"

16 April 2019   12:56 Diperbarui: 16 April 2019   13:24 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marcus Gideon/Kevin Sanjaya, harus segera move on/Foto: Twitter Badminton Ina


Turnamen bulutangkis Singapore Open 2019 yang berakhir Minggu (14/4) kemarin, menyisakan beberapa hasil yang tidak mudah dilupakan. Tidak melulu kemenangan heroik. Tapi juga kekalahan pahit. Salah satunya kekalahan ganda putra andalan Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo.

Marcus/Kevin terhenti di semifinal setelah dikalahkan ganda putra Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda lewat pertandingan rubber game. Sempat unggul 21-13 di game pertama, mereka justru kalah dengan skor mencolok di game kedua, 10-21, lantas kalah tipis 19-21 di game penentuan.

Ini merupakan kekalahan ketiga bagi Marcus/Kevin di kuarter pertama tahun 2019 ini. Juga kekalahan ketiga beruntun yang mereka alami di tiga turnamen yang mereka ikuti. Di pekan sebelumnya, Marcus/Kevin dikalahkan rekan senegara, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di perempat final Malaysia Open 2019. Dan yang masih segar dalam ingatan, Marcus/Kevin terhenti di babak pertama All England Open 2019 usai dikalahkan ganda putra Tiongkok juara dunia 2017, Liu Cheng/Zhang Nan.

Rentetan kekalahan tersebut jelas menyita perhatian penggemar bulutangkis. Maklum, Marcus/Kevin adalah pebulutangkis dunia "level A" seperti halnya Kento Momota di tunggal putra, Tai Tzu-ying di tunggal putri ataupun Zheng Siwei/Huang Yaqiong di ganda campuran. Mereka adalah superstar bulutangkis. Sama halnya seperti Leo Messi dan Cristiano Ronaldo di sepak bola.  

Ketika superstar menang dan meraih gelar, banyak orang menganggapnya sebagai hal biasa. Wajar saja. Lha wong superstar. Namun, ketika mereka gagal dan kalah, akan ada lebih banyak orang yang penasaran dan bertanya-tanya, "ada apa dengan mereka?".

Terlebih bagi Indonesia, Marcus/Kevin adalah aset berharga. Tanpa perlu berdebat, dengan dominasi yang mereka perlihatkan di sektor ganda putra dunia dalam dua tahun terakhir dengan meraih puluhan gelar turnamen BWF, mereka adalah harapan utama Indonesia untuk melanjutkan tradisi meraih medali emas di Olimpiade 2020 nanti.

Karenanya, begitu pasangan yang dijuluki Minnios ini gagal juara, 101 respons dari warganet bermunculan dari segala linimasa. Mereka yang merupakan badminton lover bijak, tidak terlalu baper mempersoalkan kekalahan ini. Mereka menganggap kekalahan ini momentum bagi Marcus/Kevin untuk memperbaiki penampilan. Beda lagi dengan penyuka badminton yang senang nyinyir. Komentar mereka beragam. Ada yang menganggap penampilan Marcus/Kevin mulai menurun. Ada yang menyebut mereka tidak lagi kompak seperti dulu. Malah ada yang menyebut sudah saatnya Marcus/Kevin dipisah.

Ah, warganet memang paling jago berkomentar. Dikiranya memilih dan memasangkan pemain bulutangkis beda karekter menjadi pasangan hebat, tak ubahnya seperti orang yang berduet menyanyikan satu lagu di panggung hiburan acara kawinan di desa-desa. Maksudnya, yang penting hafal lagunya, entah suaranya merdu atau berantakan. Tentunya tidak seperti itu.

Tetapi memang, kekalahan beruntun Marcus/Kevin di tiga turnamen terakhir yang mereka ikuti, patut menjadi perhatian PBSI. Mumpung Olimpiade masih jauh. Meski, jauh itu relatif. Ada yang bilang sudah di depan mata karena tinggal hitungan setahun-an. Karenanya, saya sengaja menyelipkan tanda kutip pada kata "masih jauh" di bagian judul tulisan ini.

Sempat meraih hasil bagus di awal tahun
Sebenarnya, Marcus/Kevin mengawali tahun 2019 ini dengan manis. Mereka langsung meraih dua gelar di Malaysia Masters Super 500 dan Indonesia Masters Super 500 pada Januari lalu. Namun, yang terjadi kemudian, mereka gagal mempertahankan gelar di All England, kembali terhenti di perempat final Malaysia Open seperti tahun lalu, lalu gagal move on di Singapore Open.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun