Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kala Lionel Messi dkk Rindu "Trofi Bertelinga Lebar"

6 November 2018   18:06 Diperbarui: 6 November 2018   18:18 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lionel Messi, pulih dari cedera dan siap dimainkan saat melawan Inter Milan dini hari nanti/Foto: Marca.com

Sama seperti hidup, sepak bola itu dinamis. Dia terus bergerak laksana bola yang menggelinding di atas rumput. Nasib tim-tim di sepak bola juga ibarat nasib manusia, peruntungannya selalu berubah. Sekarang berjaya, besok merana. Bisa juga sebaliknya. Persiapan jangka panjang yang matang, menjadi penentu keberhasilan.

Apa yang terjadi pada klub Spanyol, Barcelona, sekarang ini merupakan bukti nyata dari kedinamisan di sepak bola. Dulunya, trofi Liga Champions bak sebuah bintang di langit yang sulit digapai para pemain Barcelona. Nyatanya, butuh waktu panjang; 103 tahun bagi Barcelona untuk bisa memenangi piala idaman semua tim di Eropa ini.

Berdiri pada 29 November 1899, Barcelona baru bisa juara Liga Champions pada 1992 ketika di final mengalahkan Sampdoria 1-0. Sebelumnya, Barcelona pernah tampil di pertandingan final pada tahun 1961. Namun, mereka hadir di final hanya untuk melihat lawan mengangkat piala.

Mereka juga tampil di final edisi 1994 dan dijagokan juara dengan pemain-pemain bintangnya seperti Hristo Stoichkov, Ronald Koeman, Josep Guardiola, Romario dan dilatih oleh mendiang Johan Cruyff, salah satu legenda bola paling top di Eropa. Tetapi, Barcelona justru dihajar AC Milan 0-4.

Sulitnya Barcelona menjadi raja di Eropa itu membuat martabat mereka sebagai salah satu tim paling sukses di Spanyol, pernah direndahkan mantan "orang dalam" klub itu.

Jose Mourinho yang pernah bekerja sebagai penerjemah eks pelatih Barcelona, Bobby Robson pada akhir 90-an, pernah berujar begini:

"Barcelona itu tim besar. Tetapi, dalam kurun 200 tahun, mereka baru sekali memenangi Liga Champions. Saya baru beberapa tahun menjadi pelatih dan saya sudah memenanginya".  

Ucapan itu diucapkan Mourinho pada kompetisi musim 2005/06.Kala itu, Mourinho sudah berstatus juara Liga Champions edisi 2014 bareng FC Porto.

Toh, sepak bola itu dinamis. Dia terus bergerak laksana bola yang menggelinding. Ucapan Mourinho itu malahan jadi mantra sakti bagi Barcelona. Di tahun 2006 itu, Barcelona meraih gelar kedua mereka setelah di final menang 2-1 atas Arsenal.

Dan, sejak itu, Barcelona seperti berjalan di jalan bebas hambatan menuju laga final. Era juara Barcelona di Liga Champions berlanjut di tahun 2009 dan 2011. Lantas, setiap tahun, Barcelona selalu ditempatkan sebagai unggulan utama juara.

Bahkan, dominasi FC Barcelona di pentas sepak bola Eropa itu pernah memunculkan sebuah mitos di Liga Champions. Bahwa siapa yang bisa mengalahkan Barcelona di semifinal, maka dia akan menikmati kenikmatan tertinggi sepak bola Eropa. Kenikmatan berupa hadiah piala bertelinga lebar, trofi Liga Champions.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun