Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Teladan Marcus/Kevin untuk Pebulutangkis Indonesia

17 September 2018   19:34 Diperbarui: 17 September 2018   21:36 1555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marcus Gideon (kanan) dan Kevin Sanjaya, pantas menjadi teladan bagi pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia/Foto: Twitter BadmintonIna

Turnamen bulu tangkis BWF World Tour Super 750, Japan Open 2018 berakhir Minggu (16/9/2018) kemarin. Lima juara dari lima nomor yang dipertandingkan di final, telah naik podium. Dan, Indonesia berhasil meraih satu gelar di nomor ganda putra lewat pasangan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.

Untuk kesekian kalinya, Marcus/Kevin menjadi penyelamat Indonesia dari malu besar akibat mengakhiri turnamen tanpa gelar. Bagaimana tidak malu, lha wong Indonesia ini negara 'superpower' di bulutangkis dengan sejarah panjang seperti halnya Brasil atau Jerman di sepak bola.

Pertengahan Maret 2018 lalu, Marcus/Kevin juga menjadi satu-satunya penghasil gelar bagi Indonesia di turnamen bulutangkis tertua di dunia, All England. Lalu di World Superseries Final 2017, Hongkong Open 2017, China Open 2017 dan juga Japan Open tahun lalu. Daftarnya bahkan bisa diperpanjang.

Mengapa Marcus/Kevin bisa tampil konsisten ketika pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia lainnya masih sulit untuk sekadar menjaga standar penampilan dari turnamen ke turnamen berikutnya? Meminjam istilah di sepak bola Inggris sana, "form is temproray, class is permanent".

Bahwa penampilan (bagus) itu terkadang bersifat sementara, tetapi (penampilan) berkelas bersifat permanen. Bukankah ada beberapa pebulutangkis Indonesia yang penampilannya masih angin-anginan. Kadang main luar biasa tetapi terkadang segera berubah seolah "lupa" pada standar permainan mereka. Namun, untuk Marcus/Kevin, mereka adalah gambaran "class is permanent".

Komitmen untuk Tampil Profesional di Lapangan

Apa sih yang membuat Marcus/Kevin selalu bisa menyuguhkan penampilan kelas dunia di setiap turnamen sehingga hampir selalu tampil di babak penting dan bahkan juara di tiap turnamen yang diikuti? 

Menurut saya, pertama adalah profesionalitas mereka. Sebagai pemain elit dunia, Marcus/Kevin sadar bahwa mereka terikat aturan BWF yang mengharuskan mereka tampil di setiap turnamen elit BWF. Dan, jadwal turnamen elit itu sangat berdekatan. Hanya hitungan hari.

Ambil contoh bulan ini. Setelah dari Japan Open Minggu (16/9/2018), mereka akan tampil di China Open yang dimulai Selasa (18/9/2018). Menghadapi jadwal mepet yang menguras stamina, tentunya dibutuhkan komitmen untuk tampil profesional.

Profesional dalam artian bisa disiplin menjaga kebugaran stamina dan selalu fokus untuk hasil maksimal di lapangan. Pendek kata, Marcus/Kevin selalu siap dan bisa beradaptasi dengan jadwal mepet tanpa mengeluhkan persiapan yang minim. Faktanya, Marcus/Kevin tidak sekadar tampil di turnamen yang mereka ikuti. Mereka selalu tampil all out.

"Kami selalu berusaha tampil maksimal di setiap turnamen yang kami ikuti," begitu jawaban Kevin Sanjaya ketika diwawancara wartawan Jepang seusai final Japan Open 2018 kemarin. Wawancara tersebut masih bisa disaksikan di layar kaca televisi kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun