Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Surat Cinta untuk PBSI; Segera Move on ya Usai Gagal di Malaysia Open (1)

2 Juli 2018   16:42 Diperbarui: 2 Juli 2018   17:00 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie perlu tampil lebih garang?Foto: Twitter/InaBadminton

Ketika PBSI menargetkan meraih satu gelar di turnamen Malaysia Open 2018 yang digelar 26 Juni hingga 1 Juli 2018 kemarin, saya sempat nyelethuk dalam hati "apa nggak terlalu sedikit". Dengan mengirimkan hampir semua pemain utama di lima nomor, rasanya satu gelar kok terlalu sedikit.

Namun, ketika final Malaysia Open 2018 digelar dengan tanpa satupun wakil dari Indonesai, target itu ternyata benar-benar diukur oleh PBSI. Pertanyaannya, mengapa target membawa pulang satu gelar dengan menurunkan hampir semua pemain "papan atas" Pelatnas kok susah diwujudkan.

Padahal, gelar di Malaysia Open bukan bermakna sebatas gelar. Namun, juga paramater kesiapan pemain-pemain Indonesia menghadapi turnamen-turnamen besar selama Juli hingga Asian Games Agustus mendatang.

Ya, ada cukup banyak uneg-uneg yang ingin disampaikan untuk menjawab pertanyaan ini. Dan, untuk surat cinta bagian pertama ini, saya ingin lebih banyak mengulas perihal penampilan tunggal putra/putri Indonesia di Malaysia Open 2018.Dua tunggal putra Pelatnas "tertikung"

Di Malaysia Open 2018 yang tidak lagi mempertandingkan babak kualifikasi tetapi langsung babak 32 besar, Indonesia memiliki tiga wakil di tunggal putra. Yakni Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting dan Tommy Sugiarto.

Merujuk pada daftar pemain-pemain top dunia yang tampil seperti Viktor Axelsen, Son Wan-ho, Srikanth Kidambi, Shi Yuqi, Chen Long, Lin Dan dan Lee Chong Wei, cukup berat peluang tunggal putra Indonesia untuk juara. Terlebih, jadwal langsung mempertemukan Ginting dengan pemain Jepang yang penampilannya tengah on fire, Kento Momota.

Dan memang, Ginting langsung out di putaran pertama. Dia kalah rubber game. Padahal, Ginting sempat unggul di game pertama atas tunggal putra juara Kejuaraan Badminton Asia 2018 ini tetapi kemudian "tertikung" di game kedua dan ketiga.

Dari tiga tunggal putra Indonesa, justru Tommy Sugiarto yang merupakan pemain non Pelatnas yang tampil keren. Meski bukan unggulan, dia mampu mengalahkan unggulan 3 yang juga juara All England Open 2018 asal Tiongkok, Shi Yuqi di perempat final. Sayangnya, Tommy tak kuasa membendung laju Lee Chong Wei di semifinal, sang raja tunggal putra Malaysia Open yang akhirnya meraih gelar ke-12 sejak tahun 2004.

Sementara Jonatan Christie rontok di round 2 usai kalah dari pemain Prancis, Brice Leverdez dengan skor 21-10, 17-21, 23-25. Padahal, Jonatan sempat beberapa kali unggul. Termasuk unggul 16-12 dan 20-18 di game ketiga. Kok bisa kalah? Inilah yang perlu menjadi perhatian serius bagi pelatih tunggal putra di PBSI.

Dalam wawancara dengan Badmintonindonesia.org, Jonatan menyebut kejadian "tertikung" ketika sedang unggul seperti itu sudah dialaminya di 2-3 turnamen belakangan.

Setiap poin penting ketika sedang leading, dirinya justru di bawah tekanan karena lawan lebih berani dan mempercepat permainan. "Kalau soal fokus sih saya fokus di lapangan, tidak blank. Mungkin kematangan stroke dan strategi saya yang masih harus ditingkatkan," ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun