Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Bola

Luis Milla yang Mulai Membosankan

4 Juni 2018   10:17 Diperbarui: 4 Juni 2018   10:19 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Timnas Indonesia U-23 telah merampungkan 2 laga uji coba melawan Thailand. Sekali kalah 2-1 dan yang kedua berakhir imabng 0-0. Dua pertandingan ini adalah rangkaian ujicoba dalam persiapan ke Asian Games mendatang yang akan berlangsung di Indonesia.

Dari dua laga yang telah berlangsung, kalau dilihat tidak banyak perubahan berarti dari pola permainan yang coba di terapkan oleh Milla, kecuali mencoba beberapa pemain baru, selebihnya dalam hal taktik tidak ada perubahan yang mendasar, masih itu - itu saja.

Secara garis besar dengan taktik 4-3-3, MIlla berusaha memaksimalkan peran penyerang sayap yang diisi oleh Febri, Osvaldo, Saddli, Rico. Inilah yang sebanrnya yang menjadi pangkal masalanya baik Timnas kita. Milla terlalu fokus membangun serangan dari sektor ini. Tim lawan tentunya telah mempelajari skema permainan Milla ini. Sehingga tak kala, dua penyerang sayap kita bisa dimatikan atau mereka tidak dalam performa terbaik, maka habislah permainan Timnas kita.

Taktik mengandalkan serangan sayap mungkin bisa dipakai untuk tim - tim yang belum pernah berhadapan dengan Indonesia sebagai efek kejut, tetapi untuk tim di kawasan Asia Tenggara yang sudah tau kekuatan dan kelemahan Indonesia, hal ini sudah tidak bisa jadi senjata lagi. Istilahnya sudah terbaca semua.

Pada akhirnya di dua ujicoba tersebut, yang diperagakan adalah umpa umpan lambung dari sektor belakang yang juga kualitas umpannya, sangat jauh dari kata akurat. Belum lagi ditambah fisik para penyerang sayap, seperti febri yang sudah habis namun tetap dipaksakan bermain.

Yang paling menjadi sorotan jelas bahwa lini tengah yang hanya berfungsi seperti pemain bertahan. dalam arti hanya berfungsi pada saat membantu pertahanan saja. Kreasi serangan, umpan satu dua, umpan terobosan dari lini tangah nyaris tidak terlihat. Pemilihan pemain bertipe bertahan membuat sulit. Hargianto, Zulfiandi, Hanif Sjahbandi terlihat hanya berungsi sebagai pemain gelandang bertahan. Ditambah Septian yang terlihat kualiatasnya memang belum mampu untuk menjadi kreator lini tengah Indonesia.

Bagi kita yang melihat, setiap ketidak hadiran Evan Dimas dilapangan, suka atau tidak sangat terasa lini tengah kita benar - benar minim kreativitas serangan, nyaris dalam dua laga tidak ada benar - benar serangan yang dibangun dari lini tengah, semua hanya bertumpu pada sayap, jelas sangat membosankan, karena terlalu mudah untuk dipatahkan lawan.

Milla sebaiknya tidak perlu malu mengakui bahwa Evan Dimas dengan segala kelebihan dan kekurangnya masih merupakan 'nyawa" bagi permainan Timnas baik di U-23 ataupun senior. Mungkin secara kecepatan Evan memang tidak secepat Febry dan Osvaldo, tetapi yang dibutuhkan Timnas kita adalah 'nyawa' Tim itu sendiri yang dalam dua laga terakhir sepertinya hilang. 

Karena sepakbola bukan melulu soal kepintaran mengolah taktik atau strategi diatas kertas, tetapi juga faktor non teknis, termasuk diantaranya faktor mental pertadingan, rasa nyaman bermain, rasa kepercayaan antar para pemain, dan hal ini kadang tidak bisa di terjemahkan kedalam taktik pertandingan. Mungkin ibarat Barcelona melawan Real Madrid. Namun Messi tidak tampil. Sebenarnya di Barca sendiri ada 11 pemain yang bisa hebat dan bisa menggantikan peran Messi, tetapi secara mental dan rasa kepercayaan diri. Tidak ada pemain yang bisa menggantikan kehadiran Messi.

Jadi sekedar saran untuk Milla, supaya timnas ini tidak semakin mudah terbaca permainannya, tidak juga semakin membosankan, Evan Dimas dipasang kembali dari awal, untuk Febri sendiri jangan terlalu di forsir, nanti cidera, malah tidak bisa tampil dia ajang resmi. Dan untuk pemanggilan pemain naturalisasi sebaiknya dipertimbangkan matang -matang. Karena  terlihat kualitas mereka saat membela timnas juga tidak lebih baik dari pada pemain lokal, malah cenderung arogan. Jadi maksimalkan saja talenta lokal yang ada. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun