Mohon tunggu...
Henki Kwee
Henki Kwee Mohon Tunggu... -

Belajar memahami apa yang terjadi di sekitar dan menulis untuk berbagi pendapat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

e-KTP yang Bermasalah

10 November 2011   16:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:49 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Lagi-lagi negri heboh ini mendapatkan topik baru untuk menjadi bahan kehebohan. Proyek Kartu Tanda Penduduk elektronik yang dikenal dengan e-KTP menuai banyak masalah mulai dari persoalan teknis menyangkut alat sampai pengoperasian. Layaknya sebuah proyek yang harus dipersiapkan dengan baik mulai perencanaan sampai pelaksanaan, e-KTP ini pun layak dilihat mulai dari tahap persiapan, penamaan proyek. Melihat baliho dengan gambar Mendagri dan tulisan e-KTP yang terpampang di sisi jalan raya, timbul pikiran untuk memberikan tanggapan atas apa yang saya saksikan.  Penamaan proyek nasional ini dengan nama e-KTP sangat menggugah rasa kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.  Istilah itu hanya mencomot kebiasaan dalam dunia internet yang diawali dengan kelahiran e-commerce (perdagangan secara elektronik) yang tidak mencerminkan kebanggaan untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. e-KTP mengandung kombinasi istilah bahasa Inggris dan Indonesia, "e" yang merupakan singkatan elektronik dan KTP yang murni istilah Indonesia yang berarti Kartu Tanda Penduduk. Dari pengucapan pun bermasalah karena diucapkan dengan kombinasi aksen Inggris dan Indonesia. Kalau murni diucapkan dalam bahasa Inggris maka jadinya "i kei ti pi". Jika diucapkan murni dengan bahasa Indonesia maka jadinya "e ka te pe". Yang menjadi pertanyaan adalah apakah alasan pengucapan yang lebih enak didengar lantas kita bisa menciptakan suatu istilah baru dengan pengucapan yg campur aduk? Kalau memang belum memiliki istilah yang singkat kenapa tidak disebut secara lengkap, KTP elektronik. Untuk hal ini, sepertinya kita harus belajar banyak dari negri tetangga yang tetap mempertahankan bahasanya disamping tuntutan penggunaan bahasa Inggris yang sangat kuat.  Komprominya adalah selalu menampilkan dua bahasa dalam setiap informasi yang untuk publik. Kelihatan merepotkan tetapi dari situ masyarakat luas bisa mendapatkan pengetahuan bahasa Inggris secara sederhana selain tetap mempertahankan bahasa Indonesia. Bahasa adalah ciri khas suatu masyarakat, kalau kita mengaku sebagai bangsa Indonesia, mengapa kita tampaknya malu menunjukkan identitas kita. Mari kita pertahankan bahasa Indonesia sebagai kebanggaan kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun