Mohon tunggu...
Agustinus Nicolaus Yokit
Agustinus Nicolaus Yokit Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Bukan seorang Pujangga dan Bukan seorang Filsuf

Menjadi prehensi positif bagi perkembangan orang lain... Masih belajar untuk Altruis... Sedang berjalan dalam pencarian pada Kebijaksanaan Sejati...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi atas Kitab Kejadian 1:26 (Konteks Ekopastoral)

3 Oktober 2021   20:07 Diperbarui: 3 Oktober 2021   20:19 1110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Firman Allah yang memberikan penegasan bagi manusia untuk menguasai segala ciptaan lain yang berada di atas seluruh bumi (bdk. Kej. 1:26), mengarahkan saya untuk berefleksi atas proses hari ini. 

Program hari ini, saya bersama teman-teman mulai mengadakan pembersihan lahan yang telah disediakan bagi kami untuk proyek ekopastoral. Saya dengan penuh antusias mengikuti kegiatan ini bersama teman-teman di kebun komunitas namun dengan cara pandang yang baru. 

Dengan bantuan sabda Allah, saya mulai melihat bahwa tanah yang diciptakan dan diberikan oleh Tuhan kepada manusia haruslah "dikuasai." Menurut refleksi saya, kata dikuasai atau berkuasa harus dilihat secara postif. 

Apabila dilihat secara demikian, maka saya akan sampai pada pemahaman untuk menjadi manusia yang berkuasa dalam artian mengolah dan membudidayakan ciptaan lainnya. 

Dalam konteks itu saya merasa bahwa hari ini saya telah berusaha untuk berpartisipasi dalam proses pengolahan dan pembudidayaan tanah (ciptaan Tuhan di luar manusia), sebagaimana harapan Tuhan bagi manusia.

Saya melihat dan menyadari bahwa proses hari ini mengajarkan saya untuk lebih peka serta sadar akan tujuan hidup sebagai manusia. Saya diberikan kepercayaan oleh Tuhan bukan untuk mengeksploitasi ciptaan lain melainkan untuk menjaga dan merawatnya. Proses perawatan dan pengolahan itu adalah bagian dari kerjasama saya dengan Tuhan.

Dalam konteks ini, saya menjadi "co-partner" dari Tuhan. Saya menjadi perpanjangan tangan Tuhan di dalam proses melestarikan alam ciptaan. 

Selain sebagai partner Tuhan, saya sendiri merasa sadar bahwa itu adalah bagian dari pemberian diri saya kepada Tuhan. Pemberian diri itu justru terwujud dan tertampak di dalam kehidupan berkomunitas. Melalui kegiatan ekopastoral pada hari ini, saya juga turut memberi diri bagi komunitas dan bagi konfrater lain yang ada. 

Dalam proses kerja dan refleksi ini, saya akhirnya sampai pada makna mendasar. Makna terakhir dan mendasar yang saya temukan dalam kegiatan hari ini ialah semangat untuk solider dengan sesama. 

Saya belajar untuk menjadi solider dengan mereka yang bekerja dan mencari nafkah bagi hidup mereka di luar komunitas (Biara: tempat kami para Biarawan calon Imam Gereja Katolik tinggal). 

Saya pun belajar untuk menghargai ciptaan yang ada terlebih untuk mengolahnya dan bukan untuk mengeksploitasinya demi perkembangan hidup serta pelestarian lingkungan ke depannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun