Mohon tunggu...
Agustinus Nicolaus Yokit
Agustinus Nicolaus Yokit Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Bukan seorang Pujangga dan Bukan seorang Filsuf

Menjadi prehensi positif bagi perkembangan orang lain... Masih belajar untuk Altruis... Sedang berjalan dalam pencarian pada Kebijaksanaan Sejati...

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Refleksi Filosofis atas Film "Percentage of Life; Social Media Addiction"

11 Agustus 2021   12:15 Diperbarui: 21 September 2021   10:42 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

1. Ringkasan Film

Film pendek berjudul "Percentage of Life: Social Media Addiction" dengan durasi 9 menit 7 detik ini melukiskan tentang seorang pemuda yang sangat adiktif dalam menggunakan smartphone dan bermain media sosial. Film ini merupakan sebuah studi bagaimana manusia zaman now lebih menghabiskan 86% dari keseluruhan hidupnya per hari, untuk menggunakan smartphone, browsing media sosial dan hidup di dalam dunia maya ketimbang di dunia nyata.

Apabila ditinjau dari judul film ini, maka dapat dimengerti bahwa film ini menunjukkan persentase kehidupan manusia yang lebih hidup di dunia maya (online) namun berbanding terbalik di dunia nyata. Seorang pemuda yang ada di dalam film ini, menunjukkan bagaimana ia menghabiskan lebih dari 5 jam dengan dan bersama smartphone serta aktif di dunia maya. Kecanduan menggunakan media sosial ini terlihat dengan jelas di dalam film ini, terlebih disajikan jurang kenyataan yang besar antara dunia maya dan dunia nyata. Di sini dilukiskan bagaimana pemuda itu harus menjadi sangat perfect, ketika berada di dalam dunia maya. Yang dibagikan juga terlihat sangat ideal dan jauh dari realitas konkret yang dialami. Terlihat bagaimana kecenderungan dan kecanduan terhadap media sosial juga mempengaruhi fokus hidupnya.

Pada akhir dari film ini, ditampilkan bagaimana seorang pemuda itu berhenti sebelum menemukan tempat yang sedang dicarinya. Penyebab dari kenyataan bahwa ia berhenti adalah habisnya daya smartphone yang digunakannya. Smartphone yang menjadi peta sekaligus penunjuk arah tidak lagi berfungsi karena mati. Pemuda itu pun terdiam dan tidak bergerak maju atau mundur karena tidak ada penunjuk jalan atau arah lagi. 

2. Refleksi dari sudut pandang Theodor Adorno dan Max Horkheimer

Film ini akan saya tinjau dan refleksikan dari sudur pandang Adorno dan Horkheimer, para pemikir Marxisme Barat. Apabila dilihat secara keseluruhan dari film yang ditampilkan, maka akan ditemukan bagaimana hilangnya daya kritis dari manusia yang kecanduan smartphone dan media sosial. Dalam konteks ini saya sependapat dengan pemikiran Adorno dan Horkheimer yang melihat proyek Pencerahan Eropa telah menemui jalan buntu. Proyek tersebut seperti salah satunya teknologi (smartphone, media sosial) tidak mampu membawa manusia pada kebebasan serta tidak dapat mendorong pada pemikiran kritis. Adorno dengan konsepnya tentang "industri budaya" dan kritiknya terhadap budaya massa sungguh membantu saya untuk berefleksi lebih mendalam atas teknologi yang diciptakan.

Dalam proyek Pencerahan Eropa, fokus utama yang hendak dibangun adalah menciptakan bangsa manusia yang bebas, rasional, dan kreatif. Namun nyatanya, ketika menonton film ini, saya melihat adanya kegagalan yang terjadi di dalam proyek tersebut yang diakui oleh Adorno dan Horkheimer. Film ini justru menampilkan bagaimana manusia harus tunduk pada perkembangan teknologi dan arus dunia maya.

Manusia diciptakan sebagai konsumen yang seragam dan pasif ketika hadir dan turut dalam teknologi informasi dan komunikasi yang ada. Efek utama yang paling menonjol adalah kecanduan bermain media sosial dan ketergantungan pada smartphone.Sejalan dengan contoh yang diuraikan oleh Adorno dan Horkheimer bahwa telah terjadi pergeseran yang besar di mana manusia diarahkan untuk menjadi pasif, maka proyek untuk pembentukan sikap kritis perlu dibangun. Karena kenyataan bahwa perusahaan atau organisasi seperti Samsung, Apple, Facebook, Instagram, dan Youtube serta yang lainnya hanya mampu menghasilkan barang demi memaksimalkan keuntungan. Mereka tidak bertujuan untuk meningkatkan pemikiran kritis dan kebebasan manusia. Bahkan mereka tidak bertanggungjawab atas masalah yang akan terjadi akibat penyalahgunaan media sosial dan smartphone. 

Film Percentage of Life: Social Media Addiction, merupakan contoh konkret dari reproduksi kapitalisme secara tidak langsung dalam hidup manusia. Mengapa tidak! Seluruh hidup dari pemuda yang dilukiskan dalam film tersebut amat bergantung dan cenderung pada penggunaan smartphone dan browsing media sosial. Di sini tidak ada lagi yang namanya pemikiran independen dan kritis akan sesuatu yang ada atau terjadi.

Ketika ditinjau dari perspektif Adorno dan Horkheimer maka kesenangan yang dialami oleh pemuda tersebut hanyalah kesenangan yang dangkal. Dia bahkan tidak mampu "melarikan diri dari kenyataan yang ada di dalam dunia maya", dan lebih parah lagi, ia menjadi "lumpuh" serta tidak mampu melawan kecenderungan yang ada. Dengan kata lain ia menjadi "budak" dari budaya industri yang bertumbuh dan berkembang pesat di zaman ini.

Saya melihat bahwa pemuda yang ada di dalam film ini melukiskan gambaran masyarakat yang disebut oleh Adorno layaknya masyarakat massa yang seperti zombie dan tanpa henti terhibur. Hiburan yang didapatkan hanya berasal dari industri budaya yang secara aktif menyebarkan ideologi pro-kapitalis. Di sini manusia diarahkan untuk menjadi perfect, sangat ideal dan memiliki prestasi, walaupun itu bukanlah kenyataan yang sebenarnya. Dengan demikian proses pertumbuhan manusia yang seharusnya menjadi lebih kreatif dan inovatif mengarah pada kemandekan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun