Menerjemahkan bahasa Inggris ke bahasa Indonesia sudah cukup sulit, namun lebih sulit lagi menerjemahkan istilah Indonesia ke bahasa Inggris. Pasalnya, banyak istilah Indonesia yang vernacular (semata-mata dipakai orang kita saja), sehingga tak jarang padanannya tak dapat kita temukan pada kamus dwi-bahasa. Contohnya, bagaimana cara mengatakan ‘jendela nako’ atau ‘kaca riben’ kepada lawan bicara kita yang hanya bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris?
Dalam bahasa Inggris ‘jendela nako’ dinamakan dengan ‘louvre window’ (di negara Inggris) atau ‘jalousie window’ (di negara Amerika). Salah satu produsen louvre window yang sudah berkiprah sejak 1947 adalah N.V. Appleton & Co (yang disingkat dengan NACO). Pada tahun 1960an louvre window ini sudah diekspor ke 65 negara. Dalam perjalanan sejarahnya merek ini sudah beberapa kali mengalami pergantian nama dan kepemilikan dan tahun 2001 berganti nama menjadi Breezway.
Namun nama ‘naco’ tetap melekat pada ingatan kita, sehingga sampai kini kita menyebutnya dengan ‘jendela nako’. Menarik juga untuk diketahui, bahwa di negeri jiran Malaysia, dia dinamakan dengan ‘tingkap nako’ (tingkap = jendela). Jendela nako berwujud bilah-bilah kaca yang disusun pada rangka aluminium dan diberi tuas sehingga dapat dibuka dan ditutup. Kaca yang dipakai bisa kaca bening atau pun kaca riben (kaca gelap).
Dalam bahasa Inggris ‘kaca riben’ ini dinamakan dengan ‘tinted glass’. Lantas mengapa kita menyebutnya dengan ’kaca riben’? Rupa-rupanya sebutan ’riben’ ini mengambil dari kata ’Ray-Ban’ yaitu nama merek kacamata gelap (sunglasses) yang terkenal di dunia. Kacamata Ray-Ban sudah diproduksi semenjak 1937 di bawah perusahaan kacamata Bausch & Lomb. Awal mula sejarahnya, kacamata ini didesain untuk para pilot yang mengalami kesilauan (glare) pada saat menerbangkan pesawat. Nama Ray-Ban ini pun berasimilasi ke bahasa kita menjadi ’riben’ dan akhirnya segala jenis kaca yang tak tembus cahaya kita namakan dengan ’kaca riben’.
Di Malaysia, dia tak dinamakan dengan ’kaca riben’, namun disebut dengan ’cermin gelap’. Menarik bagaimana bahasa Melayu mengaplikasikan kata ’cermin’ ini. Istilah ’kacamata’ di Malaysia disebut dengan ’cermin mata’, ’sunglasses’ di sana disebut dengan ’cermin mata gelap’. Lantas apa sebutan ’mirror’ dalam bahasa Melayu? Ternyata ’cermin’ juga. Mungkin kita harus ’bersyukur’ bahwa dalam bahasa kita ada pembedaan antara ’kaca’ (glass) dan ’cermin’ (mirror).
Bahasa memang tak ada batasannya dalam melahirkan istilah-istilah baru yang amat kreatif, termasuk mengadopsi nama merek NACO dan Ray-Ban menjadi ’nako’ dan ’riben’. Sungguh menakjubkan manakala kita baru mengetahui sejarah kelahiran kata-kata ini.