Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Mengintip Suasana Pilgub Kaltim 2018

3 Januari 2018   18:15 Diperbarui: 3 Januari 2018   18:23 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2018 juga merupakan tahun politik di Kalimantan Timur (Kaltim). Meski cenderung kurang rajin mengintip iklim perpolitikan di Kaltim dan sempat sekian bulan berada jauh di luar Kaltim, bagaimanapun, sebagai warga Kaltim--tepatnya Balikpapan--saya  ikut merasakan 'kehangatan' kondisi tahun politik sejak 2017.

Ya, sejak 2017, apalagi suatu waktu saya melewati sebuah jalan berpinggirkan sebuah baliho besar dengan sosok Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari sebagai bakal calon (balon) Gubernur Kaltim yang sedang diunggulkan oleh sebagian warga Kaltim sebelum ditetapkan oleh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 26 September 2017 sebagai tersangka kasus gratifikasi semasa kepemimpinan Taufiequrrachman Ruki sekitar tujuh tahun lalu.

Berikutnya, saya mengintip kabar, pada 2 Januari 2018 dua balon kuat lainnya, yakni Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang dan Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi diperiksa kepolisian. 

Jaang diduga diperiksa terkait dengan terbitnya SK Nomor 551.21/083/HK-KS/II/2016 tentang Penetapan Pengelola dan Struktur Tarif Parkir pada Area Parkir Pelabuhan Peti Kemas, Palaran, atas nama KSU PDIB. Rizal diperiksa di Polda Kaltim terkait dengan kasus dugaan korupsi rumah potong unggas (RPU) di Km 13, Kelurahan Karang Joang, Balikpapan Utara, sejak awal 2016.

Sementara balon-balon lainnya adalah Awang Ferdian Hidayat--putra  dari Gubernur Awang Faroek Ishak, Isran Noor, Yusran Aspar, dan lain-lain, bahkan Kepala Polda Kaltim Irjen Safaruddin. Untuk sementara baru balon-balon itu saya bisa intip dari Pangung Renung Balikpapan. Mohon maklum, saya memang kurang rajin mengintip.

Oleh sebab baru sebatas mengintip, dan yang kelihatan pun sebatas balon--belum calon, saya enggan berpendapat seakan sudah gamblang-benderang. Sebatas mengintip suasana yang sedang muncul balon-balon. Kalau balonnya meletus dan serpihannya mengenai mata saya, bagaimana, coba? 

Tetapi, kok, kelihatannya tidak adil (fair), ya, dibandingkan ketika saya ikut 'melepuh' oleh 'panasnya' Pilgub DKI Jakarta 2017, padahal sama sekali bukan warga Ibu Kota?

Begini. Hal ini tidak terlepas dari sejarah saya sendiri. Saya resmi menjadi warga Kaltim sejak Maret 2009. Sebelumnya saya warga Bangka Belitung (Babel) yang tinggal di Jakarta sejak April 2006. Pigub DKI 2017 ataupun sebelumnya, 2012, salah seorang yang muncul adalah Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang mantan Bupati Belitung Timur, dan mantan cagub Babel 2007.

Apakah saya pendukung Ahok? Eh, jangan menuduh begitu dong. Pilgub 2007 Ahok keok melawan Eko. Siapa Eko? Eko mantan murid ayah saya di STM Sungailiat, Bangka. 

Apakah saya 'melawan' Ahok dengan mendukung bahkan memilih Eko pada waktu itu? Eh, jangan menuduh begitu lagi dong. Saya tidak pulang pada masa kampanye dan pencoblosan karena pada waktu itu saya sedang kepingin jadi artis Ibu Kota.  

Itu masa lalu; 10 tahun lalu. Sekarang sudah 2018. Bukan lagi warga Babel, tidak tinggal di Jakarta, dan mantan balon artis Ibu Kota. Sekarang warga Kaltim, dan Kaltim dalam masa tahun politik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun