Mohon tunggu...
Syabar Suwardiman
Syabar Suwardiman Mohon Tunggu... Guru - Bekerjalah dengan sepenuh hatimu

Saya Guru di BBS, lulusan Antrop UNPAD tinggal di Bogor. Mari berbagi pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Membuang Sampah ke Sungai: Banjir

12 Januari 2021   01:12 Diperbarui: 12 Januari 2021   01:17 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tak Kapok dengan Banjir (monitorriau.com)

Hari-hari ini kota tempat saya beraktivitas diguyur hujan. Pernah hampir seharian hujan tidak berhenti. Selimut selalu menggoda untuk ditarik kembali. Termasuk makanan favorit saat hujan mie rebus lengkap dengan telur dan kornet serta cabe rawit utuh. Wow...

Tetapi ada yang selalu dikhawatirkan kota di hilir kami yaitu Ibukota Jakarta, banjir. Jakarta memang setiap musim hujan menjadi langganan banjir. Sejak dulu karena berada di daerah hilir, tapi menjadi konsumsi politik secara berlebihan. Tetapi harapannya jangan terjadi banjir besar di awal tahun 2021, seperti pernah terjadi pada tahun sebelumnya.

Teman-teman di Jakarta mengingatkan untuk tidak mandi karena menambah volume air yang datang ke Jakarta. Hehehe.

Sesungguhnya banyak kota di dunia yang tadinya tidak dilanda banjir sekarang kita dengar juga mengalami banjir. Ini berkaitan dengan terjadinya pemanasan global. 

Banjir sekarang tidak selalu di kota bagian hilir, bahkan juga melanda bagian kota yang ada di hulu. Lihat Bandung, berada di dataran tinggi tapi beberapa wilayah terdampak banjir. Banyak hal yang bisa menyebabkan banjir, diantaranya:

Belum memadainya tanggul penahanan gelombang, tata kota yang buruk, kurangnya vegetasi, perilaku masyarakat,  dan menyediakan tempat penahanan air. Saya tidak akan membahas itu semua, yang saya bahas adalah perilaku masyarakat yang sesuai dengan latar belakang keilmuan yang pernah saya pelajari.

Pengalaman Terkena Banjir

Tahun 1985 saya pernah mengalami rumah  terkena banjir. Itu karena posisi rumah berada di bawah jalan. Sejajar dengan muka air sungai yang terhalang satu rumah.  Saat itu sungai meluap sementara air dari jalan tentunya menuju tempat yang lebih rendah. Komplit sudah, dalam waktu tidak terlalu lama rumah terendam sebatas lutut. Masalahnya air sungai ikut masuk dan membawa segala kotorannya.

Semalaman tidak tidur, menguras air yang terjebak dalam rumah. Ini karena tanggul depan pintu masuk terlewati air saking derasnya hujan hari itu.  Ternyata ini siklus sekian tahun, tetapi analisa sederhana saya karena sampah yang semakin banyak di sungai dan akhirnya menghambat aliran sungai.

Bagi saya sampai sekarang bisa merasakan dan berempati pada masyarakat yang terkena banjir. Pembersihan rumah memakan waktu berhari-hari, sambil menahan rasa mual yang bercampur aduk karena kotoran yang ikut masuk ke rumah.  Penyakit gatal yang menyerang kulit kaki. Lengkap sudah penderitaan yang dialami.

Setelah kejadian itu, dilaksanakan perbaikan sungai, rumah pun ditinggikan, saluran diperbaiki alhamdulillah banjir tidak menerpa rumah lagi, paling genangan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun