Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menikah Itu Jauh Lebih Indah dari yang Dibayangkan

9 Februari 2021   21:31 Diperbarui: 9 Februari 2021   21:41 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang  berpikir jauh dan panjang persiapan untuk menikah.  Ada yang mempersiapkan rumah, kendaraan, bahkan deposito.   Bagaimana rasanya   jika menikah dengan yang sudah  memiliki rumah dengan perabotnya, kendaraan dan berbagai fasilitas lain yang serba lengkap?Bagaimana pula dengan dua insan yang dimabuk asmara  menikah dengan modal hanya cinta?

Lebih bahagia mana menikah dengan yang serba lengkap dibandingkan dengan  dua insan yang mengandalkan cinta? Apakah realistis menikah hanya dengan modal cinta? Emang kenapa tidak menyiapkan segalanya sebelum menikah?   

Ketika saya kuliah tidak pernah memiliki pacar. Saya menikmati hidup berkelana dari diskusi ke diskusi dan kegiatan organisasi. Sisa uang kiriman dari kampung dihemat untuk ongkos mengikuti seminar, diskusi dan ongkos berorganisasi. Banyaknya kegiatan di luar kampus menjadikan uang dikantong terus menipis. 

Selesai kuliah strata satu tidak mencari kerja tetapi mencari kegiatan yang tidak terikat agar bebas berorganisasi. Tidak mau bekerja yang terikat dengan alasan kebebasan berpikir.

Setelah lulus strata satu dan hidup berkelana saya melanjutkan strata dua pindah ke kota Bogor. Di kota Bogor kuliah dan senang mengikuti seminar di Jakarta dan berbagai kota. Diskusi bersama Gusdur, Jefry Winters, AS Hikam, Syafii Maarif dan berbagai narasumber yang menambah pengetahuan tentang kebangsaan. Memahami Indonesia dari sudut pandang berbagi sumber. Waktu habis untuk belajar saja. Belajar di kampus dan di luar kampus.

Umur terus berjalan dan tidak terasa sudah 30 tahun ketika itu. Saya mulai mendekati lawan jenis. Kaget, karena ternyata perempuan yang kudekati mau saja jadi pacarku. Tetapi karena melihat aktivitasku yang tidak jelas statusnya ada yang ragu. Saya tidak suka dengan perempuan yang ragu akan masa depan. Jika pacarku ada keraguan, saya katakana tidak apa-apa putus karena tidak mungkin menjalani hidup penuh keraguan. Biasanya, saya minta putus baik-baik dan tidak boleh ada rasa sakit hati. Hidup harus bahagia tanpa sakit hati.

Ketika lajang, saya tidak pernah memiliki pacar lebih dari satu. Sportifitas selalu saya jaga. Jika sudah putus istirahat beberapa bulan untuk merenung. Bahasa lainya merenungkan kehidupan. Diusiaku yang 33 tahun saya bertemu perempuan yang menurutku sangat pintar. Saya sangat suka perempuan yang pintar. Ketika jumpa dengannya saya bilang, "abang barang bagus, mau ngak jadi pacarku? Jika tidak mau, rugi sendiri.

Selang beberapa waktu kemudian kami berjumpa dan perempaun itu menanyakan apa maksudnya barang bagus. Jawaban saya, iya barang bagus. Bagus tidaknya nantilah setelah mau menjadi pacarku. Hidup dalam canda, komunikasi setiap hari akhirnya kami pacaran. Setelah resmi pacaran, kami sepakat untuk membahas hal-hal penting.

Hal-hal penting yang kami bahas adalah jika menikah harus bebas berpikir dan merdeka masing-masing. Merdeka berpikir dan memilih pekerjaan. 

Kemudian, kami sepakat tidak boleh berjauhan setelah menikah. Harus ada yang mengalah agar tidak berjauhan selama menikah. Karena jarak sangat mempengaruhi kualitas pernikahan. Kami juga membahas berapa jumlah anak dan bagimana jika tidak memiliki anak. Ketika itu kami sepakat jumlah anak situasional dan jika tidak memiliki anak sepakat adopsi. Jika tidak memiliki anak antara 5 sampai 10 tahun kami akan adopsi anak. Syukur kepada Tuhan kami memiliki 2 anak yaitu anak pertama laki-laki dan anak kedua perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun