Mohon tunggu...
Guntur Aji Setyawan
Guntur Aji Setyawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - PPPPPP

PO{Adpasadopa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Isu Feminisme "Menelaah Isu Kesetaraan Gender dalam Ajaran Islam"

3 Desember 2021   20:55 Diperbarui: 3 Desember 2021   21:41 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Zaman Pencerahan, yang masuk ke Eropa pada abad ke-17, merupakan tonggak  penting dalam memproklamasikan kemerdekaan dan kemajuan serta membebaskan kita dari ikatan agama. 

Era ini, juga dikenal sebagai "era akal", mengkritik situasi politik dan agama. Pencerahan adalah keadaan di mana seseorang sebenarnya adalah  subjek dan dapat dengan bebas menentukan jalan hidupnya. Salah satu pencapaian era ini adalah gerakan feminis. 

Mulanya seperti gelombang pemikiran yang menuntut kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Tapi itu berubah menjadi gelombang besar di lautan peradaban, mengguncang segala bentuk norma dan  standar. 

Belakangan, gerakan sektoral ini masuk ke wilayah bangsa sebelum maju ke ruang global. Lagi pula, feminisme bukanlah sebuah pengulangan, ia menghasilkan berbagai macam ritme dan nada. 

Sebagai bagian dari populasi dunia, dunia Islam juga terkait erat dengan efek pemikiran yang bereaksi dengan cara yang berbeda. 

Dalam sejarah peradaban Barat, perempuan pernah dianggap sebagai "setengah laki-laki" yang hanya berfungsi sebagai pelengkap kehidupan laki-laki. Wanita menabur benih kesengsaraan yang membawa orang dari  surga ke kekerasan kehidupan di bumi. Inilah yang  Alkitab ungkapkan tentang kisah Hawa sebagai pendosa Adam. 

Menurut Henderson dan McManus, sejarah adalah dasar bagi feminis Barat untuk menyalahkan Alkitab sebagai sumber tradisi bagi perempuan patriarki, misogini, dan stereotip. 

Belakangan, teologi Kristen, yang dianut oleh mayoritas penduduk Barat, sering digunakan sebagai kambing hitam untuk mengecilkan wanita vs. pria. 

Gambar Allah disebut ayah, bukan ibu. Di sisi lain, Yesus, yang disebut Anak Tuhan daripada putri Tuhan, memunculkan kepercayaan bahwa Tuhan adalah pribadi. Konsekuensi logis dari hal ini adalah bahwa laki-laki memiliki keilahian dan status yang lebih tinggi daripada perempuan. 

Ketidakadilan ini menyebabkan feminis Kristen percaya bahwa Alkitab adalah karya laki-laki, terutama laki-laki. Wiesner Hanks (2001) berpendapat bahwa tidak hanya agama-agama surgawi (agama wahyu) tetapi juga agama-agama dunia (agama-agama filosofis) membahas isu-isu gender dalam relasi gender dan memiliki pengaruh besar dalam pandangannya. liontin. 

Munculnya Pencerahan secara mendasar telah mengubah posisi perempuan yang berjuang hanya  di dunia lokal dan kini telah merambah wilayah negara bahkan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun