Mohon tunggu...
Guntur Saragih
Guntur Saragih Mohon Tunggu... -

Saya adalah orang yang bermimpi menjadi Guru, bukan sekedar Dosen atau Trainer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kasir Itu Membuatku Semangat

3 April 2017   17:28 Diperbarui: 4 April 2017   15:32 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siang ini Saya hendak membeli kabel penghubung charger untuk tablet. Saya memilih lalu datang ke meja kasir untuk melakukan pembayaran. Setelah menunggu antrian, Saya memeberikan langsung ke kasir kabel tersebut. Sang kasir lalu menyampaikan kepada Saya, kalau kabel tersebut tidak dapat digunakan untuk merk tablet yang Saya punya. 

Ia menceritakan pengalaman salah satu pembeli yang tidak dapat menggunakan kabel tersebut. Lalu, Ia membawa saya ke tempat display yang produknya sesuai untuk gadget Saya.Sayangnya, produk tersebut tidak ada. 

Kasir ini mengajarkan teori pemasaran lawas, yaitu menjadi solusi untuk pelanggan. Pelanggan bukan membeli produk, melainkan obat dari masalahnya. Pelanggan bukanlah raja, sehingga ia harus disampaikan berita terbaik. Pelanggan adalah manusia biasa, sama seperti dirinya. 

Konsekuensi dari tindakan kasir tersebut hilangnya pendapatan, bahkan mungkin saja kehilangan potensi mengejar target. Namun, ia kembali memperlakukan pelanggan sebagai manusia. 

Dalam teori klasik pemasaran diajarkan dengan prinsip pareto, dalam teori ini, keadilan dianggap terjadi jika penyedia produk memberikan energi dan biaya sesuai dengan kontribusi pelanggan. Dalam bahasa umum dikenal dengan biaya untuk pelanggan sebesar 80% untuk 20% pelanggan yang paling banyak pembeliannya. 

Saya bukanlah pelanggan, saya bukan pembeli dalam jumlah besar, namun Saya mendapatkan layanan yang sangat baik oleh sang kasir. Ia rela meninggalkan posnya lalu berkeliling mencari produk yang sesuai dengan solusi masalah Saya.

Suka tidak suka, pemasaran yang saat ini diajarkan di bangku kuliah dan pelatihan menempatkan pemasar sebagai alat dari penyedia produk dan jasa. Akibatnya, perilaku seperti kasir tersebut dianggap hal yang personal, jika pun dilakukan, itu hanya untuk berpikir konsekuensi, yaitu berapa besar biaya jika pelanggan jadi kabur atau biaya menangani komplain.

Akibat dari hal tersebut, para pekerja di perusahaab kehilangan hak asasinya,  yaitu kebebasab melakukan tindakan kebaikan untuk manusia pada khususnya dan seluruh ciptaan Tuhan pada umumnya. 

Padahal, etos kerja seseorang dapat dipengaruhi  bukanlah hanya gaji yang besar, atau karir tinggi. Etos kerja tertinggi bagi seseorang ketika ia menjalankan apa yang ia yakini. Mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya.akibat dari tekanan organisasi pada karyawannya, sesorang sedang bekerja keras dan lebih keras, namun belum mampu bekerja ikhlas. 

Bekerja ikhlas akan membuat otak senantiasa berpikir cara yang terbaik. Membuat otak tidak harus mengolag sesuatu yang berat, karena segapa sesuatunya tidak ada penolakan.

Saat ini pekerja diperlakukan sebagai alat organisasi. Saat ia tidak produktif, maka didatangkan orang yang disebut dengan motivator. Model motivasi dari motivatot ini sebenarnya sangat manipulatif dari berbagai motivatot yang selama ini berhasil meningkatkan produktifitas pada dasarnya kafein yang pad akhitnya berdampak pada kecanduan dan kerusakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun