Mohon tunggu...
Akhmad Gunawan Wibisono
Akhmad Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Guru - Santri Ponpes Kreatif Baitul Kilmah Yogyakarta

Membahas Apapun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemuda Futuristik Berbasis AI (Al-Qur'anic Intelligence)

2 Februari 2023   10:19 Diperbarui: 2 Februari 2023   10:21 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menjadi seorang pemuda merupakan usia di mana sebuah gambaran hidup secara nyata perlahan akan nampak. Sebab usia muda merupakan masa-masa pencarian dan penemuan. Dalam falsafah Jawa pemuda digambarkan pada sosok di usia likuran, yakni antara usia "selikur" (21)  hingga "sangalikur" (29). Disebut likuran konon katanya istilah "likur" mengacu pada singkatan dari "lingguh ing kursi" yakni masa di mana seseorang mencari sejatinya diri dalam kedudukan hidupnya: pekerjaan, karir, keahlian, status sosial, bahkan jodoh. Oleh karenanya, usia muda tidak patut jika hanya digunakan berleha-leha, sebab masa itu adalah masa produktif bagi seseorang, dari melimpahnya waktu, pemikiran, dan tenaga.

Al-Qur'an dengan tegas menjelaskan bahwa peranan pemuda dalam Islam adalah figur-figur yang harus mempunyai iman kuat juga daya gedor maksimal dalam bentuk intelektual dan berperan aktif di masyarakat untuk melawan kedzoliman. Sebagaimana Allah SWT. menceritakan pemuda-pemuda goa (Ashabul Kahfi) yang mempertahankan keimanan di tengah tirani raja dzolim sehingga diselamatkan Allah SWT. dengan cara ditidurkan di Goa selama 309 tahun, peristiwa tersebut terekam pada Q.S Al-Kahfi: 9-26.

Jika ditarik pada konteks saat ini, fakta menunjukkan bahwa peran pemuda merosot drastis. Terbukti dengan banyaknya praktik dekadensi moral seperti kebiasan pesta miras di pinggir jalan, kasus-kasus begal, atau bahkan pembunuhan seringkali pelakunya adalah pemuda-pemuda. Dengan demikian terdapat indikasi bahwa ajaran agama Islam yang bersumber dari Al-Qur'an tidak benar-benar dipahami secara serius. Oleh sebab itu, minimnya kesadaran untuk mengambil pelajaran dari Al-Qur'an mengakibatkan kurangnya moral para pemuda-pemuda di zaman sekarang.

Prof. Dr. M. Quraish Shihab (1992) dalam bukunya "Membumikan Al-Qur'an" menyatakan, bahwa Al-Qur'an pada dasarnya menantang siapapun yang meragukan kebenarannya, oleh sebab itu hingga saat ini tiada orang satupun yang mampu merubah, membuat, mengotak-atik isi dari Al-Qur'an sebab memang ia adalah hudalinnaas. Sehingga, barangsiapa yang berpegangan pada petunjuk Al-Qur'an, ia akan selamat baik keimanan serta pemikirannya. Ia akan memiliki great power sebab yang dijadikan pedoman adalah wahyu Allah SWT.

Begitu pula bagi pemuda, banyaknya pemuda saat ini terjerembab pada multiverse kesesatan adalah bukti bahwa pengetahuan mereka tentang petunjuk Al-Qur'an masih minim sekali. Mereka cenderung pongah dan berbuat sekehendaknya tanpa mempedulikan aturan agama. Generasi pongah demikian jika terus dibiarkan lambat laun akan menjadi sampah evolusi peradaban di mana harapan generasi tua tertuju pada yang muda, ternyata yang muda leha-leha. Kepincangan ruang sosial akan terjadi sebab seharusnya antara pemuda dan generasi tua saling mendukung. Generasi tua punya pengalaman, generasi muda punya gagasan, dan hendaknya mereka saling bersinergi demi kemajuan.

Prof. Menachem Ali menyatakan bahwa pemuda Islam tidak boleh loyo, ia harus kokoh baik secara keagamaan dan secara intelektual. Sebab kokoh agama namun lemah dalam intelektual saja percuma, begitu juga kokoh intelektual saja namun lemah agama juga akan pincang. Maka, sebaiknya dikokohkan kedua-duanya.
Rasulullah SAW. menghimbau para pemuda dalam haditsnya "Rabbmu kagum dengan dengan pemuda yang tidak memiliki shobwah". Shobwah artinya kecondongan untuk menyimpang dari kebenaran. Hadits tersebut mengindikasikan bahwa pemuda harus memiliki daya kritis dalam memilah mana yang haq dan yang bathil. Sebab dua hal tersebut adalah indikator hidup manusia, jika hidupnya didominasi oleh perkara haq, maka artinya ia baik, dan sebaliknya jika hidupnya didominasi oleh perkara bathil, maka artinya ia tidak baik.

Kendati demikian, bagi pemuda-pemuda sekarang hendaknya segera menyadari peranan dirinya bagi agama dan bangsa. Sebab estafet peradaban juga mereka yang melanjutkan. Bagaimana jadinya jika para pemuda lemah iman, miskin literasi keislaman, namun justru bangga dengan maksiat dan akrab dengan vandalisme?. Tentunya kita tidak berharap hal itu terjadi.

Mengurai sedikit sejarah bahwa Muhammad Al-Fatih sudah memiliki ambisi penaklukan Konstantinopel sejak 12 tahun, dan pada usia 19 tahun ia berhasil menaklukannya. Sebuah prestasi yang gemilang bagi pemuda dalam usia belia. Oleh sebab itu, hendaknya pemuda-pemudi Islam untuk saat ini banyak-banyak mengeksplor tenaga mereka selagi muda, meneladani petunjuk Al-Qur'an, mencontoh Rasulullah SAW. dan sahabat-sahabat muda pendukungnya. Adapun Sukarno sendiri pernah berpidato secara lantang bahwa "seribu orang tua mampu mengangkat semeru dari akarnya, dan cukuplah sepuluh pemuda untuk menggoncangkan dunia". Semoga pemuda-pemudi Islam lekas membawa perubahan lebih baik untuk saat ini hingga hari esok.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun