Mohon tunggu...
Anezka Adellia
Anezka Adellia Mohon Tunggu... -

Kata-kata itu bisa membuat orang berada diatas atau sebaliknya. Jadi pilihlah kata terbaik yang anda punya

Selanjutnya

Tutup

Bola

Seberapa Penting Motivasi Orang Tua Terhadap Prestasi Anak

8 Desember 2014   22:14 Diperbarui: 9 Februari 2019   07:06 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rata-rata kalau orang tua mengajari anaknya, pada umumnya orang tua itu cenderung kaku, terlalu memaksa dan adakalanya disertai dengan marah-marah dahulu, bahkan tak jarang dalam beberapa kasus orang tua harus perang mulut dulu dengan anaknya sebelum belajar.

Dunia kita, dunia orang dewasa, berbeda dengan dunia anak-anak. Orang tua yang bijak tidak akan memaksakan dunianya kepada dunia anak-anak. Dunia anak-anak adalah dunia yang  penuh warna, dunia yang sederhana, penuh dengan fantasi dan imajinasi, dunai anak adalah dunianya bermain. Berbeda dengan dunia dewasa, dunia yang sudah terkontaminasi dengan berbagai masalah, dunia yang kompleks. Aqiqah Depok


Ada anak yang bercerita bahwa dia jarang sekali mendapat pujian atas apa yang dilakukannya, terutama dalam hal nilai yang didapat di sekolah. Nilai yang didapatnya selalu saja kurang di mata orang tuanya, padahal anak ini sudah belajar dengan maksimal. Memang dari pengamatan saya, anak ini bukan anak yang istimewa dalam hal prestasinya, anaknya biasa-biasa saja. Untuk mendapat nilai 80 adalah perjuangan yang berat bagi anak ini. Dan ketika mendapat nilai 80, ada perasaan bangga dalam dadanya, betapa dia ingin mendapatkan perhatian dan pengakuan dari orang tuanya karena telah mendapat nilai 80 yang jarang-jarang dia dapatkan. Event Organizer Jakarta. Tetapi apa yang diperoleh anak ini ketika dia menyodorkan hasil ulangannya dengan raut muka yang cerah dan dengan senyum yang sumringah kepada orang tuanya? 

“Ah.. baru dapat nilai segitu aja kamu udah girang, harusnya nilai yang kamu dapat itu 100 atau minimal 90, itu baru anak Mama!” atau kadang-kadang juga orang tuanya mengatakan, “Tumben dapat segini, biasanya dapat 50 atau 60, paling tinggi juga 70! Kamu nyontek Ya?” 

Betapa hasil kerja keras anak yang memang kemampuannya seperti itu tidak dihargai oleh orang yang justru diharapkannya dapat memberikan dorongan, memberikan motivasi untuk lebih maju. Jangankan mendapat pengakuan atas keberhasilannya, sekadar perhatian saja rasanya susah. Bagaimana anak akan berkembang kalau memang selalu saja dinilainya kurang, atau bahkan selalu dibanding-bandingkan dengan keberhasilan orang lain. Walaupun sikap atau omongan orang tua itu asal nyeplos saja, tanpa bermaksud menyinggung atau menyakiti perasaan anaknya. Namun dampak negatif yang dirasakan anak, jauh lebih berat dan akan selalu menjadi sugesti negatif dalam hidupya. Aqiqah Jakarta

Mari kita renungkan, apa yang akan terjadi pada anak-anak kita kalau setiap hari anak tersebut mendapat kata-kata yang negatif, merendahkan, menjatuhkan motivasinya, tidak mengakui usaha dan kerja kerasnya?

Orang tua yang terlalu memaksa, menyuruh belajar sambil marah-marah, tidak pernah membantu, orang tuanya pintar, tetapi terlalu kaku, orang tua tidak mau mendengarkan curhat anak-anaknya karena terlalu capek kerja sampai malam, dan permasalahan lainnya yang menurut anak-anak hal itu sebagai suatu masalah dan pemaksaan, sementara menurut sebagian besar orang tua itu adalah hal yang wajar. 

Terkadang kita melupakan hak-hak anak untuk merasa nyaman dalam melakukan sesuatu. Kita terlalu memaksakan kehendak kita kepada anak. Terkadang kita memaksakan kepada anak untuk menjadi ini  atau menjadi itu, harus begini, harus begitu. Dan tanpa disadari kita juga sering memberikan beban kepada anak kita untuk mencapai target tertentu, seperti misalnya, “ Kamu harus jadi juara!” atau “ kamu jangan bikin malu mama dan papa !” ada suatu beban mental yang teramat berat yang harus dipikul oleh anak. Anak melakukan sesuatu dengan keterpaksaan, bukan dengan kesadaran dan tanggung jawab.  Event Organizer Jakarta 

Saya melihat bahwa anak-anak sekarang jauh lebih cerdas, lebih cepat memahami sesuatu, tidak seperti anak-anak “zaman dulu”. Anak-anak sekarang cenderung lebih dewasa dalam pola berpikirnya, bahkan lebih terbuka. Kalau kita mengehendaki anak untuk begini, maka kita harus memberikan penjelasan mengapa dia harus begini. Kalau kita mengehendaki anak jangan begitu, maka kita beberkan alasan dan penjelasan mengapa tidak boleh begitu

Ada satu hal yang sederhana yang sering terlupakan, dan memang sepele sifatnya, tetapi dampaknya sungguh luar biasa bagi perkembangan jiwa dan kemajuan anak, yaitu penguatan (reinforcement). Dalam mendidik anak, hendaknya kita jangan sungkan-sungkan untuk memberikan penguatan. Penguatan adalah segala bentuk respons positif, baik yang bersifat verbal maupun nonverbal, yang bertujuan memberikan umpan balik (feedback) bagi si penerima (anak) atas perbuatannya sebagai suatu bentuk dorongan atau koreksi. Dengan kata lain, penguatan berarti respons yang diberikan atas suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya tingkah laku tersebut. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk mengganjar atau membesarkan hati anak agar mereka lebih giat lagi dalam belajarnya. Penguatan ada yang bersifat verbal ada juga yang bersifat nonverbal. Penguatan yang bersifat verbal bisa dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan, dan sebagainya, misalnya : 

Bagus !  bagus sekali,  ya betul, pintar,  ya, seratus buat kamu, anak Mama memang hebat, luar biasa, wah…jago sekali, dan lain-lain. Sedangkan penguatan yang bersifat nonverbal, bisa berupa gerak isyarat seperti : anggukan kepala, acungan jempol, senyuman, sorot mata yang sejuk,.bersahabat, dan lain-lain. Atau penguatan yang bersifat kontak seperti : tepukan di pundak, jabatan tangan, melakukan tos-tosan, dll. 

Penguatan juga diberikan bukan hanya bagi anak yang mendapat nilai bagus, atau melakukan hal-hal yang baik, tetapi kepada anak yang mendapat nilai rendah, atau melakukan kesalahan, kita bisa memberikan penguatan yang bersifat korektif dan konstruktif yang dapat membangun dan menumbuhkan semangat anak, seperti kalau anak kita mendapat nilai rendah, kita jangan mencemooh, memarahinya atau bahkan menghujatnya, tetapi kita berkewajiban untuk menumbuhkan semangatnya agar kelak di kemudian hari anak ini bisa lebih baik lagi. Sebagai contoh misalnya dengan kalimat,  “ Sabar ya, Nak ! Jangan putus asa. Mama tetap bangga sama kamu, Mama yakin kalau belajarnya lebih giat lagi nilaimu akan bagus sekali.” Kalimat tersebut diiringi dengan penguatan nonverbal berupa belaian di rambutnya, atau tepukkan di bahunya. Jadi seberapa penting motivasi menurut anda?(Jasa)

(Jasa Aqiqah)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun