Jika tak kuat jantung, anak dari pelaku-pelaku penyebar hoaks ini akan mengurung diri dari pergaulan sosialnya. Ngesosmed juga ogah, takut dikeroyok bullyan netizen. Serba nggak enak!
Bukan tidak mungkin melihat tudauhan sosial bahwa orang tuanya adalah penyebar hoaks, seorang anak akan marah, sakit hati dan frustrasi. Maka dari itu kehadiran medsos seharusnya mendorong elit dan akademisi untuk semakin berwibawa.
Salam!
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!