Mohon tunggu...
grover rondonuwu
grover rondonuwu Mohon Tunggu... Buruh - Aku suka menelusuri hal-hal yang tersembunyi

pria

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Komunikasi Frontal ala Ahok

10 Februari 2017   22:59 Diperbarui: 10 Februari 2017   23:06 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Siapakah binatang buas yang menghuni belantara Jakarta itu?.

Mereka adalah para calo makelar proyek yang menenteng proposal berbundel-bundel dengan lusinan cap perusahaan fiktif. Mereka sudah nongkrong dibalai kota bertahun-tahun lamanya.

Para binatang buas itu adalah puluhan ribu pegawai negeri birokrat yang selalu datang kekantor terlambat dan pulang kerumah lebih  cepat. Mereka selalu memperlambat urusan, supaya rakyat membayar uang mempercepat urusan. Mereka adalah simbol birokrasi yang gemuk dan lamban, yang bermental sebagai tuan, bukan sebagai pelayan masyarakat. Dan mental seperti itu sudah diperankan mereka sejak puluhan tahun lamanya.

Para binatang buas itu adalah penegak hukum, anggota parlemen, para alim ulama dan pendeta majelis gereja. Mereka gunakan jabatan untuk mengancam dan memangsa.

Tapi binatang-binatang buas penghuni belantara Jakarta ini, tidak merasa bersalah ketika memangsa uang proyek dan menggelembungkan anggaran. Mereka tidak merasa berdosa ketika menerima uang suap atau ketika memberi suap. Mengapa?. Karena perbuatan demikian sudah menjadi  kultur dalam lingkungan parlemen dan  pemerintahan. Itu sebabnya kepekaan hati nurani mereka menjadi tumpul.

Mereka yang korupsi malah merasa sebagai pahlawan. Karena dengan uang korupsi itu mereka membahagiakan keluarga dan menyantuni keluarga besar dikampung. Dengan uang korupsi mereka memberi kontribusi kepartai, menyumbang masjid atau gereja.

Maka itu Ahok berkata kepada binatang-binatang buas itu, "bajingan, gila, ta*k, nenek lu. . . " Mengapa Ahok memaki?.

Karena menegur seara halus dan santun , tidak akan merubah sikap si binatang-binatang buas itu. Ingat tujuan komunikasi adalah untuk merubah sikap (attitude change) sipenerima pesan.

Dengan menegur secara santun, sipenerima pesan komunikasi beranggapan bahwa apa yang dilakukannya sudah benar dan mesti diteruskan.

Tapi dengan menghardik binatang-binatang buas itu, maka akan timbul perlawanan. Disaat binatang-bintang buas itu melawan, saat itu kedok mereka terbuka. Lalu  publik jadi sadar, publik jadi tahu bahwa ada kasus seperti ini. Kemudian publik akan menilai mana yang benar dan mana yang salah.

Makanya Ahok tetap bertahan sebagai gubernur, walaupun mulut comberannya dihantam para binatang buas yang didukung partai-partai. Mengapa? Karena Ahok didukung rakyat. Partai takut pada rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun