Griya Yatim & Dhuafa -- Kak, pernahkah kita membayangkan hidup di masa senja yang harus berjuang sendiri, di masa yang begitu sulit seperti ini? Inilah adalah sepenggal kisah seorang lansia dhuafa yang bertahan hidup sebagai buruh tani. Emak Sawinah (52 th) seorang buruh tani yang tinggal di sebuah rumah sangat sederhana di daerah Parung Panjang-Jawa Barat.
Berjuang Seorang Diri
Ia telah menjadi janda sejak tahun 2000, suaminya yaitu Almarhum Bapak Iwan, meninggal dunia akibat kecelakaan pada saat bekerja. Sejak saat itu ia harus berjuang sendiri untuk menyambung hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Emak Sawinah bekerja sebagai buruh tani.
Untuk memenuhi kebutuhan hariannya, ia harus berjalan sejauh 2,5 km dari rumahnya menuju sawah tempat Emak Sawinah bekerja. Sepetak demi sepetak sawah, Emak Sawinah garap bersama dengan para petani lainnya. Dengan berpeluh keringat, ia tetap jalankan demi bisa menyambung kehidupannya.
Upahnya Untuk Memenuhi Kebutuhan Harian
Upah yang didapatkan oleh Emak Sawinah ini tidak setiap hari, melainkan ia harus menunggu sampai panen selama +/- 3 bulan lamanya. Upah yang ia dapat ialah berupa pembagian gabah. Dua Puluh Tahun yang lalu, ia masih mampu menghasilkan upah sebanyak 13 karung. Tetapi kini, di usia senjanya ia hanya mampu menghasilkan upah gabah kurang lebih 9 karung.
Hasil yang ia dapat, Emak Sawinah manfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, jika ingin membeli kebutuhan lain seperti lauk-pauk, ia harus menjual gabah-gabahnya terlebih dahulu, meski ia paham tak mudah dalam menjual gabah tersebut, terlebih di masa pandemi seperti sekarang.
Yuk Bantu Perjuangan Emak Sawinah
Mungkin sebagian dari kita tengah menikmati hidup di usia senja, tetapi tidak bagi Emak Sawinah. Sahabat Dermawan, Emak Sawinah merupakan salah satu lansia yang berjuang di masa senja mereka. Oleh karenanya, yuk #SahabatDermawan, kita apresiasi perjuangan Emak Sawinah di usia senja bersama Laznas Griya Yatim & Dhuafa dengan cara berdonasi di link kebaikan ini.