Mohon tunggu...
Rifkyansyah G
Rifkyansyah G Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menetap di bekas ladang orang

We blame our time though we are to blame

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rumah Anda Kemerdekaan Anda: Bukan Iklan Properti

7 Mei 2020   10:32 Diperbarui: 7 Mei 2020   10:24 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangun rumahmu, maka engkau merdeka. Jika hidup tanpa kunkungan adalah hasrat seseorang, maka memiliki rumah sendiri adalah kemestian baginya. Rumah sendiri. Bukan rumah orang tua yang sering disebut sebagai rumah sendiri ketika ada pertanyaan "Rumah kamu di mana?"

Kaidah ini jangan disalahartikan hanya bagi mereka yang sudah berumahtangga. Ini berlaku kepada mereka yang belum menikah, baik karena nasib, pilihan atau karena belum dewasa.

Bagi jomblo nasib, memiliki rumah adalah bagian dari ikhtiar. Memiliki rumah adalah simbol kemapanan yang dapat menutupi karakteristik dalam diri yang selalu membuat lawan jenis go away. Sedang bagi jomblo pilihan memiliki rumah meningkatkan daya saing. Rumah sendiri adalah back up menghadapi kenyataan bahwa seperti beras pilihan, lawan jenis pilihan itu mahal. 

Sementara mereka yang belum dewasa menghadapi kenyataan bahwa saat ini mereka lebih cepat mencapai titik di mana mereka membutuhkan ruang gerak lebih. Rumah orang tua pada kebanyakan  situasi membatasi itu. Bukankah di barat ketika menghadapi ekspresi keinginan anak yang tidak disetujui, orang tua sering mengatakan "My house my rule". Atau di Timur untuk hal yang sama orang tua akan mengatakan "Keluar kamu!"

Tapi memang kaidah ini stressingnya ada pada yang sudah berumahtangga dan masih menumpang di Perumahan Griya Mertua Digdaya atau Perumahan Graha Kuasa Ortu. Atau pada mereka yang mungkin bebas secara fisik karena tidak menumpang, akan tetapi secara psikologis tetap dalam tekanan. Sebab hunian mereka adalah  Apartemen Mertua Land. Bagi mereka ini, rumah sendiri adalah keniscayaan. Sebab kemerdekaan manajemen terhadap semua dinamika rumah tangga, mulai dari serba serbi perkara dalam kamar, ideologi dalam mengurus anak, pertengkaran domestik suami istri, hingga kerumitan drama menantu vs mertua atau menantu tag team dengan mertua versus tetangga, hanya bisa dicapai dengan memiliki rumah sendiri.

Bahkan saat dirasa bahwa kemerdekaan itu sudah dicapai, tidak memiliki rumah sendiri menyingkap bahwa tidak demikian hakikatnya. Orang yang sudah berpenghasilan, secara relatif mungkin merasa sudah merdeka. Tapi jika masih ngekost atau ngontrak maka kondisi berpenghasilan itu adalah kabut. Yang menyamarkan kemungkinan  bahwa ibu kost atau empunya rumah dapat bercanda dengan mereka siangnya dan dengan gampangnya meminta mereka untuk pindah malamnya. Seketika sense stabilitas, keakraban dan kenyamanan yang ada ambyar seperti kata Almarhum Didi Kempot.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun