Mohon tunggu...
Gregory AlexanderTabaluyan
Gregory AlexanderTabaluyan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi mancoba mendapat yang tak dapat digapai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menghadapi Perselingkuhan Berdasarkan Pandangan Gereja

11 Februari 2023   10:29 Diperbarui: 11 Februari 2023   10:32 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seringkali kita mendengar kisah Musa mengenai 10 perintah Allah. Perintah Allah diberikan oleh oleh-Nya sendiri melalui Nabi Musa di Gunung Sinai. Isi perintah kesembilan adalah, "Jangan mengingini istri sesamamu." Menurut Katekismus Gereja Katolik (KGK), perintah ini ditujukkan kepada pemurniah hati dan perjuangan menuju kehidupan itu sendiri. "Oleh kebajikan dan anugrah kemurnian, karena kemurnian memungkinkan untuk mencintai dengan hati yang jujur dan tidak terbagi," KGK 2337.

Keprihatinan masyarakat yang akhir-akhir ini terjadi adalah perihal maraknya kasus perselingkuhan. Jika didalami, kasus perselingkuhan awalnya terjadi karena keinginan atas istri atau suami sesama. Kejadian ini bisa dimulai dengan pertemuan-pertemuan entah yang disengaja atau tidak. Dari pertemuan-pertemuan tersebut bisa muncul rasa mengingini entah dari perempuan maupun lelakinya.

Tentu hal ini tidak bisa dihindari. Bagamaimanapun juga, mobilitas sehari-hari masyarakat tentu menyebabkan terjadinya pertemuan. Sayangnya, berpapasan saja mungkin dapat membuat seorang memiliki rasa tertarik pada pribadi lainnya.

Hal yang dapat diatur dalam diri sendiri maupun luar hanyalah bagaimana menahan perasaan. Perasaan memanglah salah satu hal yang sulit dikendalikan, apalagi masalah ketertarikan dengan lawan jenis, namun ketika kita sudah dapat mengendalikan perasaan tersebut maka penekanan terhadap kasus berselingkuh ini sangat besar kemungkinannya. Caranya banyak, namun semuanya tidak mudah dilakukan terutama jika pribadi masing-masing tidak menghidupinya dari kanak-kanak. Hal yang paling mudah ditanami saat masih berusia rentang anak-anak adalah menumbuhkan jiwa religius.

Anak-anak adalah pemegang masa depannya sendiri. Kendati demikian, peran orang tua sangat besar dalam proses pertumbuhan tersebut. Dalam proses tersebut akan terbentuk karakter dan kepribadian anak kedepannya. Ada dua kemungkinan dalam proses, yaitu menjadi pribadi yang berpikir selalu positif, atau sebaliknya. Ketika menjadi pribadi positif, maka pandangan mengingikan orang lain dalam pertemuan-pertemuan yang disengaja maupun tidak.

Dalam perkembangan pribadi anak, orang tua dapat menumbuhkan pertama-tama sisi religius anak. Kegiatan berbau agama pastilah bersifat positif untuk perkembangan karakter anak. Dalam artikel ini, Saya akan mengambil dari sudut pandang Gereja Katolik.

Gereja mengajak setiap umatnya untuk aktif dalam kegiatannya. Gereja sendiri membuka banyak peluang kepada kaum muda dan anak-anak untuk aktif di dalamnya. Terutama mengembangkan umat, Gereja ingin kehidupan Kristiani juga tumbuh. Dalam hal ini, orang tua dapat dengan mudah memberi dorongan kepada anak untuk menumbuhkan iman anaknya. Jika anak masih balita, dapat diikuti dalam kegiatan Pendalaman Iman Anak (PIA).

PIA sendiri akan mengajarkan bagaimana berelasi dengan sesama, mulai dari sama jenis, sampai beda. Ada pendamping-pendamping yang pasti dipilih langsung oleh paroki setempat. Pendamping-pendamping tersebut pastilah berkepribadian matang dan dapat mendidik anak-anak dengan baik.

Selain PIA, hal yang sebenarnya paling dekat dengan anak adalah orang tua sendiri. Orang tua adalah orang yang seharusnya menghabiskan waktu terbanyak dengan anak. Dari pertemuan dengan anak, diharapkan orang tua memberi contoh positif, karena akan menjadi idola sang buah hati. Ketika orang tua justru membawa pasangan orang lain, anak akan merekam kejadian tersebut dalam dirinya.

Maka dari itu, Saya ingin mengajak para orang tua untuk mendekatkan diri pada anak-anak. Jika terlalu sibuk untuk bertemu sang buah hati, setidaknya mencoba mendekatkan anak-anak pada agama seperti mengikuti pada ibadat-ibadat, kegiatan, dan lain sebagainya. Hal tersebut setidaknya membawa anak pada lingkungan positif guna membentuk kepribadian yang baik, sehingga harapannya dapat menngurangi kasus perslingkuhan di masa yang akan datang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun