Mohon tunggu...
Gregorius Kaane Wintio
Gregorius Kaane Wintio Mohon Tunggu... Pelajar

otomotif enjoyer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenangan Membekas, Daya Juang, dan Persahabatan Kanisian: CC Cup XL

3 Oktober 2025   21:25 Diperbarui: 3 Oktober 2025   21:25 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Gregorius Kaane Wintio

Di tengah gedung-gedung tinggi sekitar Jakarta Pusat, terdapatlah sebuah sekolah yang sudah hampir memasuki 100 tahun, Kolese Kanisius. Kolese Kanisius dikenal sebagai sekolah Katolik favorit di antara mahasiswa, setiap tahun mereka mengadakan ajang pekan olahraga yang disebut CC Cup (Canisius College Cup). CC Cup merupakan pekan olahraga yang megah dan ditunggu-tunggu oleh banyak mahasiswa-mahasiswi di sekolah-sekolah sekitar Jabodetabek. CC Cup awalnya merupakan disebut POR CC (Pekan Olahraga Canisius College) dan waktu itu saya sempat mendatangi SMA Kolese Kanisius pada saat saya masih duduk di bangku kelas 6 SD untuk menonton pertandingan-pertandingan. Melihat kepanitiaan dan acara yang sangat megah dari POR CC, saya menjadi tertarik untuk masuk ke SMP Kanisius. Melihat sekolah Kanisius pun juga membuat hati saya tergerak dan termotivasi untuk masuk ke sekolah ini. Akhirnya, saya pun diterima di SMP Kanisius. Namun, saya tidak bisa mengalami CC Cup pertama saya karena terdapat halangan Covid-19 yang melanda di setiap bagian dunia. Saya jujur sangat sedih karena tidak bisa bersosialisasi dengan teman-teman dari luar Kanisius.
Namun tidak lama saya akhirnya sudah menduduki kelas 9, kasus Covid-19 pun juga sudah mereda dan akhirnya angkatan kami, CC’23 bisa mengalami CC Cup secara langsung untuk pertama kalinya setelah 3 tahun. Setelah tiga kegiatan CC Cup, kita mencapai di CC Cup XL 2025. Banyak sekali kesibukan, banyak sekali harapan dan banyak sekali pertandingan setiap hari berlangsung begitu meriah. Lebih dari 200 sekolah terlibat dan lebih dari 500 panitia siap mendukung kegiatan ini. CC Cup bukan sekadar agenda tahunan, melainkan wadah pembentukan diri untuk menjadi pribadi yang berkarakter. Tidak hanya panitia, tetapi juga pemain, penonton, wasit, pendamping, bahkan pihak kepolisian ikut berperan menjaga kelancaran. Ajang ini bukan hanya tempat bertanding, melainkan juga ruang untuk berkolaborasi serta menumbuhkan relasi yang dilandasi cinta dan persahabatan dalam suasana damai.

“Life can only be understood backwards; but it must be lived forwards.”
~ Søren Kierkegaard

Dengan ini, kita semua sebagai manusia pasti sering mengalami suatu pengalaman, pengalaman baik ataupun buruk. Dari pengalaman saya sendiri, saya sudah mengalami tiga kepanitiaan yang berbeda dari tahun ke tahun dan untuk tahun ini, saya ditarik oleh teman saya untuk menjadi panitia Admin di perlombaan Bulu Tangkis SMA. Tentu saya merasa sangat bersyukur karena saya bisa langsung ditarik oleh koordinator bidang panitia Admin, artinya saya juga memegang kepercayaan dari teman saya.

Awalnya, saya kira menjadi Admin merupakan pekerjaan yang hanya bisa memegang Admin Panel dan otomatis menerima peserta-peserta yang sudah daftar dengan data yang lengkap. Namun itu dimana saya salah total, akhirnya saya memiliki kewajiban dimana saya harus menghubungi banyak sekali peserta dalam waktu yang sama. Tentu, sebagai tim admin yang hanya terdiri dari saya dan teman saya kami lumayan pusing dalam mengatur waktu dan melakukan tugas kami. Akhirnya, dengan kesabaran dan juga bantuan dari tim koordinator bidang perlombaan Bulu Tangkis sendiri, kami selesai dengan merekap semua data para peserta. Saya dan teman saya juga hanya tinggal menyelesaikan data absensi kehadiran dari peserta Bulu Tangkis dan juga mengembalikan uang WO (Walk Out).

Dalam ajang perlombaan CC Cup, saya menyaksikan secara langsung bagaimana seorang pemain menunjukkan daya juang yang luar biasa. Ia ikut serta dalam bermain pada perlombaan mini soccer dengan fokus penuh, mengerahkan seluruh kemampuan terbaiknya demi tim, hingga akhirnya mengalami cedera di tengah pertandingan. Kejadian itu bukan sekadar peristiwa fisik semata, tetapi gambaran nyata tentang bagaimana seseorang berusaha melampaui batas dirinya. Cedera tidak menghentikan semangatnya, karena dengan keberanian dan tekad yang kuat, ia tetap menyalakan api perjuangan bagi timnya. Dari sini saya belajar bahwa pengalaman baik maupun buruk dalam sebuah kompetisi merupakan bagian dari proses membentuk diri. Setiap peristiwa baik kemenangan yang membanggakan maupun rasa sakit akibat kegagalan mengajarkan kita untuk berefleksi, bangkit, dan menjadi pribadi yang lebih tangguh di kemudian hari. Inilah inti dari MAGIS, keberanian untuk melampaui diri sendiri dan menjadikan pengalaman hidup sebagai bekal untuk bertumbuh.

Selain soal daya juang, CC Cup juga menjadi ruang nyata untuk menumbuhkan kolaborasi dan persahabatan. Kegiatan ini menghadirkan kerja sama lintas jenjang, di mana SMA dan SMP Kanisius bergabung sebagai satu kesatuan panitia. Hal ini menuntut adanya sikap saling menghargai, khususnya dari pihak SMA yang tidak boleh mengedepankan gengsi atau senioritas ketika bekerja bersama adik-adik SMP. Di sinilah saya merasakan langsung bagaimana sikap sabar dan terbuka menjadi kunci keberhasilan dalam berkolaborasi. Dalam bidang kepanitiaan bulu tangkis yang saya jalani, saya bersama rekan saya berbagi tugas mulai dari pembayaran, administrasi, hingga absensi peserta. Awalnya saya tidak terlalu dekat dengan rekan tersebut, namun melalui kerja sama yang intens, kami akhirnya menjadi lebih akrab. Hal yang sama juga terjadi dengan panitia dari SMP; hubungan yang awalnya sekadar rekan kerja berubah menjadi persahabatan yang hangat. Bahkan, komunikasi dengan para peserta lomba bulu tangkis pun memperluas lingkaran relasi saya, sehingga pada akhirnya saya merasa bukan hanya menjalankan tanggung jawab, tetapi juga membangun jalinan sahabat baru. Inilah wajah CC Cup yang sesungguhnya, ruang persaudaraan yang tumbuh dari kerja sama, solidaritas, dan perjumpaan dengan orang lain.

Lebih dari itu, CC Cup juga membuka kesempatan untuk bertemu dengan banyak orang dari luar Kanisius. Ajang ini mendorong kami untuk lebih berani berkenalan, membangun relasi, dan memperluas persahabatan dengan orang-orang baru yang sebelumnya tidak kami kenal. Bagi saya pribadi, hal ini menjadi pengalaman yang sangat berharga, karena bukan hanya menambah teman di lingkungan sekolah, tetapi juga menjadikan CC Cup sebagai wadah terbaik untuk mempererat jaringan persaudaraan dengan dunia luar. Dengan demikian, CC Cup tidak hanya memperkuat ikatan internal di antara siswa Kanisius, tetapi juga menjadi kesempatan emas untuk membangun jembatan persahabatan yang lebih luas.

Sebagai siswa yang sudah menduduki kelas 12, mengikuti CC Cup XL 2025 menjadi pengalaman yang sangat berkesan sekaligus penuh rasa haru bagi kehidupan saya selama di Kolese Kanisius dari SMP sampai SMA. Ada perasaan sedih mendalam karena ini adalah acara CC Cup terakhir yang bisa saya alami selama masa-masa saya di Kolese Kanisius. Ketika menulis artikel ini, saya benar-benar teringat bagaimana setiap momen, baik sebagai peserta maupun panitia, membekas sebagai pengalaman yang tidak tergantikan. Rasanya menyentuh hati ketika menyadari bahwa tidak semua kesempatan atau hal yang saya inginkan bisa tercapai dalam penyelenggaraan CC Cup. Namun, saya belajar bahwa kita tidak boleh larut dalam kesedihan tersebut. Justru kita harus bersyukur karena telah diberikan kesempatan untuk mengalami rangkaian peristiwa yang begitu indah, yang kini menjadi kenangan berharga bersama teman-teman Kanisius maupun sahabat baru dari luar Kanisius. Semua itu menjadi memori yang akan terus saya bawa ke depan. Salah satu momen paling seru yang sulit saya lupakan adalah saat penutupan acara. Ketika band The Changcuters tampil, seluruh peserta larut dalam suasana penuh kegembiraan, bernyanyi bersama, tertawa, dan melepas semua kepenatan. Itu adalah momen di mana kami semua benar-benar merasakan kebersamaan yang hangat dan energi positif anak muda.

Pengalaman di CC Cup ini juga memperluas pandangan saya tentang arti pentingnya bersosialisasi bagi anak muda. Saya merasa sangat beruntung bisa bertemu, berbincang, dan menjalin relasi dengan begitu banyak orang, baik dari lingkungan Kanisius maupun dari luar. Semua perjumpaan itu mengajarkan saya bahwa keterampilan bersosialisasi adalah hal yang tidak bisa dianggap remeh. Justru, kemampuan ini sangat penting untuk membentuk karakter, melatih kepercayaan diri, dan menyiapkan diri menghadapi dunia nyata setelah lulus sekolah, termasuk dunia kerja. Dari CC Cup, saya belajar bahwa anak muda dibentuk bukan hanya dari pencapaian akademis, tetapi juga melalui interaksi, kolaborasi, dan keberanian untuk membuka diri kepada orang lain. Nilai-nilai inilah yang menjadikan CC Cup lebih dari sekadar turnamen olahraga atau acara tahunan. CC Cup adalah sebuah ruang belajar kehidupan sosial remaja yang sesungguhnya.

Foto oleh Gregorius Kaane Wintio
Foto oleh Gregorius Kaane Wintio
Maka dengan itu, Terima kasih CC Cup.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun