Mohon tunggu...
Viride
Viride Mohon Tunggu... Buruh - penulis

Penulis tidak dapat menulis secepat pemerintah membuat perang; karena menulis membutuhkan pemikiran. - Bertolt Brecht (Penulis dari Jerman-Australia)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Benci Berubah Jadi Cinta

15 November 2018   12:45 Diperbarui: 15 November 2018   12:53 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (foto:pixabay.com)


Ciiiyeeehh, kali ini saya akan bercerita tentang sebuah perasaan yang pernah saya tolak. Ya, saya benar-benar menolaknya habis-habissan!! Hehehehe ....

Wah, kenapa jadi tengsin begini ya, (nyengir dulu sambil garuk-garuk pipi) umm ... karena ini tentang perasaan yang di dalamnya ada sebuah cinta, jadi ... (ciyyeeehh nyengir lagi) saya akan mulai bercerita.

Pada jaman dahulu kala (ehemm! Pembukaannya ambil gaya cerita kuno,biar kesan klasiknya lebih terasa) saya pernah membencinya, sinis padanya bahkan sedikit pun tidak ingin bersamanya, tapi semua itu berubah seiring waktu saat saya memutuskan untuk mengenalnya. Weeeeww ....

Sungguh tidak pernah terpikir kalau pada akhirnya saya menerimanya untuk mendampingi hidup saya. Darinya saya mendapatkan banyak pelajaran bagaimana cara menulis lalu menata kalimat yang baik dan benar. Menyulam satu persatu kata agar tiap orang yang sudi membaca cerita saya bisa mengerti.

Karena tiap kali saya membuat cerita atau artikel, saya tidak ingin orang yang membacanya malah kebingungan mencerna berbagai kalimat yang telah saya buat. Sebisa mungkin dengan seluruh kekuatan dan keringat, saya membahasakannya dengan tepat. Weeiittsss ... seperti siap peraang ajah!

Menciptakan artikel atau cerita dengan Bahasa intelek atau bergaya tingkat tinggi, memang kesannya kerrreeenn dan cerdas, tapi kalau pembacanya harus putar otak, bisa jadi sebelum cerita selesai, yang membaca malah kabur!! Wadoohhh, saya bisa patah hati kalau begitu hehehe ....

Jadi, dia adalah salah satu bagian dari perjalanan karir saya untuk menjadi seorang penulis. Dia adalah tumpukan dari berpuluh-puluh kertas dan beratus-ratus halaman yang selalu bisa memberikan saya pelajaran bagaimana seharusnya menulis dengan baik.

Dia adalah apa yang selama berabad-abad ini manusia kenal sebagai sebutan buku. Heiii ... ini cinta antara aku dan buku, bukan cinta antara aku dan pria tampan.

Khususnya untuk buku novel. Di jaman itu, saya benar-benar tidak ingin membacanya, padahal dari berbagai buku novel yang dibaca, seorang penulis bisa mendapatkan ilmu bagaimana seharusnya merangkai kata menjadi kalimat.

Tiap kali, saya menemukan tips dan saran dari beberapa penulis dunia, mereka selalu mengatakan, kalau ingin menulis dan menghasilkan karya, salah satu caranya adalah dengan membaca semua buku dari semua penulis sukses.

Menyimak dan mempelajari kalimat-kalimat yang mereka tulis hingga mampu membuat tiap pembaca terkagum-kagum tanpa harus menjiplak ciri khas penulis aslinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun