Mohon tunggu...
Viride
Viride Mohon Tunggu... Buruh - penulis

Penulis tidak dapat menulis secepat pemerintah membuat perang; karena menulis membutuhkan pemikiran. - Bertolt Brecht (Penulis dari Jerman-Australia)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ada Apa dengan Penulis?

20 September 2018   14:53 Diperbarui: 20 September 2018   15:18 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (foto:pixabay.com)


Setelah kembali aktif menulis beberapa bulan ini, tiba-tiba saja kegiatan menulis saya sedikit mandek hehehe ... saya terlalu fokus pada penyusunan cerpen-cerpen yang menumpuk.

Hai, apa kabar? Ini adalah tulisan saya yang entah sudah keberapa. Saya memberikan judul di atas, karena tergugah dengan seorang teman yang telah lama memberi inspirasi. Ya, darinya saya berpikir cukup lama untuk menyusun tulisan ini.

Darinya pula saya semakin paham kalau seorang penulis memang sebuah profesi yang bisa membuat sebagian orang kesal dan sinis dan darinya juga saya makin tahu kalau seorang penulis bisa membuat sebagian orang mampu berkata-kata kasar, memaksakan keadaan dan kehendak. Wuiihhh ... keren ya jadi penulis hehehe ....

Kalau pada tahun 2002 ada film Indonesia berjudul, ada apa dengan cinta? Maka saya ambil sedikit tiga kata depannya, ada apa dengan penulis?

Uuummm, pertanyaan itu telah lama menjadi duri di benak ini setelah saya dan teman saya itu bicara panjang lebar, selebar perkataannya yang menjatuhkan semangat saya. Bahkan yang membuat kaget, dia MEMBENTAK saya. (nyengir lucu)

Ya Alloh, saya dibentak lho!!! Hehehe ... Bayangkan, dia bukan saudara atau orang tua, tapi dengan lantangnya berani membentak saya. Kalau mengingat moment itu saya cuma geleng-geleng kepala sambil tertawa, ckckckck ... Hehehehe

....

Ini dimulai saat teman saya itu sedang mengembangkan bisnis yang baru dimasukinya. Tidak ada yang salah dengan bisnisnya, pekerjaan itu bagus, tapi ... (nah, ini yang membuat saya kembali terkekeh) untuk memperluas jaringan bisnisnya, dia perlu merekrut orang. Jadilah saya sebagai salah satu kandidat.

Beberapa kali dia melobby saya lewat telfon, tapi karena modal untuk masuk ke dalam bisnis itu diluar kemampuan diri dan isi dompet, saya menolak untuk ikut.

"Sepertinya aku memang tidak bisa gabung dalam bisnismu, sorry." Itu kalimat yang saya ucapkan padanya lewat hp.

"Trus, apa yang mau kamu kerjakan?" dia bertanya, kemudian saya menjawab ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun