"Aku terlalu peka... Aku tidak bisa lepas dari rasa frustasi, perasaan bersalah pada diriku sendiri, dan empatiku pada semua orang. Semua orang memiliki sisi baik dan milikku adalah bahwa aku terlalu mencintai orang-orang. Saking cintanya, itu membuatku merasa sangat sedih... Empati! Kupikir itu disebabkan karena cinta dan perasaanku yang terlalu besar pada orang-orang." -dari surat bunuh diri Kurt Cobain.
Empati! satu hal yang, ah...
Empati adalah kemampuan dengan berbagai definisi yang berbeda yang mencakup spektrum yang luas, berkisar pada orang lain yang menciptakan keinginan untuk menolong, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui apa yang orang lain rasakan dan pikirkan, mengaburkan garis antara diri dan orang lain. (Wikipedia - Hodges, S.D., & Klein, K.J. (2001). Regulating the costs of empathy: the price of being human. Journal of Socio-Economics.)
Empati termasuk kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain. (Wikipedia - Baron & Byrne, Psikologi Sosial Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2004, hal. 111.)
Keadaan mental yg membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dl keadaan perasaan atau pikiran yg sama dng orang atau kelompok lain. (http://artikata.com/arti-326415-empati.html)
Dari pengertian empati yg diuraikan di atas, kita dapat menarik makna terbodoh yaitu; menempatkan diri seolah-olah seperti orang lain. Tapi empati bukan hal bodoh, bukan hal sepele, bukan hal yang mudah untuk dijelaskan, empati sangat rumit, sangat kompleks untuk dijelaskan; setidaknya bagi saya. Empati adalah rasa, erat kaitannya dengan kasih sayang, seperti yang Kurt Cobain katakan "Empati! Kupikir itu disebabkan karena cinta dan perasaanku yang terlalu besar pada orang-orang." dan itu benar! Empati adalah sebuah bibit yang harus ditanam, jika tujuan yang diinginkan adalah kedamaian. tapi terkadang, empati juga bisa membunuh, lihatlah Kurt Cobain, bagi saya Kurt mati karena empati. Empatinya yang begitu besar! rasa cintanya yang begitu besar! Dia terlalu mencintai orang-orang, bahkan melebihi dirinya sendiri! sehingga ketika orang-orang tanpa sadar melukai perasaannya, dia tidak sanggup menghadapinya. dia menyalahkan dirinya yang tak bisa membuat orang-orang tidak melukai perasaannya, dia membenci, membenci dirinya sendiri yang tak bisa melakukan itu, tidak bisa membuat orang-orang menjadi seperti yang dia inginkan, "come as you are... as i want you to be.." ini bukan tentang terlalu menuntut, tapi ketika empati yang begitu besar dihadapkan pada ketiadaan empati, apa yang terjadi? yang terjadi adalah apa yang tengah terjadi di sekitar kita! ketika ketiadaan rasa, ketiadaan empati merajalela, ketidak pedulian muncul dan menggerogoti kehidupan, maka jangan pernah berharap apa yang termaktub di dalam UUD 1945 "Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur." ya, Bersatu, Adil, dan Makmur tidak dapat menemui hakekatnya tanpa empati. karena ketiadaan empati akan mengakibatkan ketidak pedulian terhadap sesama, maka tak bisalah makmur tercapai. Keadilan tak akan pernah datang tanpa empati! "Kalau cinta sudah dibuang, jangan harap keadilan akan datang, kesedihan hanya tontonan, bagi mereka yang diperbudak jabatan."-Iwan Fals. lalu apalagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H