Mohon tunggu...
Binsar Antoni  Hutabarat
Binsar Antoni Hutabarat Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, penulis, editor

Doktor Penelitian dan Evaluasi pendidikan (PEP) dari UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA. Pemerhati Hak-hak Azasi manusia dan Pendidikan .Email gratias21@yahoo.com URL Profil https://www.kompasiana.com/gratias

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pandemi Covid-19: Tuhan, Sesama, dan Egoisme Beragama

31 Maret 2020   08:36 Diperbarui: 31 Maret 2020   09:31 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Pada praktiknya, mengasihi sesama manusia harus lebih dulu dilakukan, maka melalui tindakan mengasihi sesama itu seseorang akan tahu apakah dia mengasihi Allah atau tidak.

Mengasihi sesama itu sendiri adalah sebuah tindakan aktif bukan pasif atau dengan menunggu untuk dikasihi. "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang  perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka."

Terkait dengan pandemi Covid-19 kita perihatin dengan masih adanya kelompok-kelompok agama yang mengabaikan imbauan untuk beribadah di rumah, dan tetap menggelar ibadah bersama dalam bentuk perhimpunan yang menjadi media efektif penyebaran virus corona

Mereka yang kukuh melaksanakan ibadah di rumah ibadah itu ironisnya  berargumentasi bahwa mengasihi Tuhan di atas segala sesuatu berarti tetap menjalankan ibadah bersama, karena Tuhan akan memelihara orang yang beribadah kepada Tuhan. Kata mereka, Tuhan tidak boleh kalah dengan corona!

Seorang yang mengasihi Tuhan sejatinya harus lebih dulu mempraktikkan kasih kepada sesama. Dan orang yang dapat mengasihi sesama sejatinya adalah orang yang mampu mengasihi dirinya secara benar. Berarti menjaga diri agar tidak tertular virus corona harus berjalan seiring dengan komitmen untuk menjaga orang lain agar tidak tertular virus corona, dengan menjaga diri agar tidak menjadi media penularan corona.

Melakukan ibadah bersama dalam sebuah perhimpunan besar pada saat wabah corona sebenarnya membuktikan minimnya kasih terhadap sesama kalau tidak ingin dikatakan wujud egoisme beragama, yang bertahta pada mereka yang membandel untuk tidak menjaga jarak fisik dengan tetap berhimpun dalam rumah ibadah.

Demikian juga pembenaran bahwa ibadah bersama di gelar dengan memerhatikan keselamatan setiap orang yang beribadah dengan memeriksa seteliti mungkin agar yang hadir dalam ibadah adalah orang yang bebas dari virus corona juga sulit dipahami. 

Test massal belum dilakukan, orang sehat yang membawa virus corona bisa menjadi media penyebaran virus corona. Jadi imbauan ibadah di rumah adalah jalan terbaik untuk memberikan waktu kepada pemerintah mendeteksi penyebaran virus corona, dan kemudian membuat cluster daerah yang tertular corona untuk membendung penyebaran virus corona.

Beribadah di rumah sesungguhnya adalah wujud kasih kasih kepada Tuhan dan sesama. Dan wujud kasih kepada Tuhan itu tampak dengan beribadah di rumah dengan menjaga diri agar tidak tertular corona, dan juga melindungi orang lain agar tidak tertular virus corona.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun