Mohon tunggu...
Agung Setiyo Wibowo
Agung Setiyo Wibowo Mohon Tunggu... Advocating Creator

Bantu orang lejitkan potensi terbaik dari dalam dirinya

Selanjutnya

Tutup

Book

Ulasan Buku The 4-Hour Workweek

3 April 2025   05:22 Diperbarui: 3 April 2025   05:22 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Ilustrasi pribadi penulis. 

"Gue Pengin Kerja Cuma 4 Jam Sehari, Bisa Gak?"

Pernah enggak sih lo mikir, "Gue pengin banget bisa kerja cuma 4 jam sehari, terus bisa jalan-jalan, bikin bisnis sendiri, atau punya banyak waktu buat keluarga?"

Nah, kalau lo lagi mikir kayak gitu, kemungkinan besar lo lagi ngeliat buku The 4-Hour Workweek karya Tim Ferriss. Buku ini sudah jadi legenda banget di kalangan pengusaha, pekerja, mahasiswa, bahkan orang-orang yang cuma pengin keluar dari rutinitas kerja yang membosankan. Beneran bisa nggak sih kerja cuma 4 jam sehari? Yuk, kita bahas!

Apa Itu The 4-Hour Workweek?

Buku ini sebetulnya udah diterbitkan sejak 2007 dan langsung jadi best-seller internasional. Intinya, buku ini ngajarin kita gimana caranya bisa hidup lebih efisien dengan mengurangi waktu yang terbuang untuk kerja yang enggak penting, dan fokus ke apa yang sebenernya berharga. Tim Ferriss sendiri bercerita tentang perjalanan hidupnya, gimana dia berhasil mengurangi jumlah jam kerjanya, dan malah mendapatkan lebih banyak waktu untuk hal-hal yang lebih menyenankan---seperti traveling, belajar bahasa baru, atau fokus ke passion project.

Apa Saja yang Bisa Kita Pelajari?

1. Pekerja Keras Itu Bukan Selalu Pekerja Cerdas

Lo pasti udah pernah denger kan pepatah "Kerja keras, hasil manis"? Nah, Ferriss justru ngasih perspektif yang berbeda. Menurutnya, kita sering banget bekerja keras karena kebiasaan, bukan karena kita perlu melakukannya. Pekerjaan yang nggak menambah value sebenarnya bisa jadi waktu yang terbuang. Ferriss mengenalkan konsep 80/20 Rule, atau prinsip Pareto, yang menyebutkan bahwa 80% hasil datang dari 20% usaha. Jadi, lo harus bisa memilih pekerjaan yang punya dampak besar, bukan yang cuma sibuk-sibuk aja.

Misalnya, seorang freelancer desain grafis yang biasa menghabiskan waktu 5 jam hanya untuk ngedit foto, padahal 2 jam pertama sebenarnya udah cukup. Dengan pemahaman Pareto, dia bisa fokus ke pekerjaan yang lebih menguntungkan, misalnya mencari klien baru atau memperbaiki portofolio.

2. Outsource Itu Kunci Kebebasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun