Goris Lewoleba
Alumni KSA X LEMHANNAS RI, Â Direktur KISPOL Presidium Pengurus Pusat ISKA, Wakil Ketua Umum DPN VOX POINT INDONESIA
Hari-hari belakangan ini cakrawala politik kita  di tanah air sedang diwarnai  oleh nuansa politik yang  sentimental.
Pasalnya, sentimentalitas politik itu diawali dengan Pelukan Politik antara Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman.
Pelukan Politik kedua tokoh ini menjadi sorotan  publik, karena kedua Partai itu berseberangan secara diametral dalam koalisi Pendukung pasangan 01 dan pasangan 02 ketika Pemilu lalu, baik Pileg maupun Pilpres, melalui pertarungan perebutan kekuasaan dalam situasi yang sangat  sengit dan keras dengan menghalalkan segala macam cara untuk mencapai kemenangan politik.
Meskipun demikian, dalam sudut pandang common sense,  berpelukan merupakan ungkapan kedekatan hati dan perasaan antara sesama manusia  sebagai insan ciptaan Tuhan yang berdiam di muka bumi ini.
Dikatakan demikian, karena secara psikologis, berpelukan dapat memberikan rasa aman dan mengurangi stress sebagai akibat dari harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Atau karena beban dan tekanan hidup yang sangat berat, tidak terkecuali beban atau  tekanan dalam kehidupan  sosial politik.
Dalam pengalaman dan kenyataan hidup,  Individu yang kerap dipeluk secara rutin saat masa kecil,  memiliki simptom stress yang lebih rendah dibandingkan dengan  individu yang jarang dipeluk di masa kecilnya.
Secara historis dapat dijelaskan bahwa, Â pelukan dari seorang ibu akan memberikan ketenangan pada bayi sehingga membantu membentuk sifat-sifat positif dalam masa tumbuh kembangnya.
Sayangnya, ketika  beranjak dewasa, kerap kali pelukan menjadi hal yang jarang  dilakukan atau  didapatkan karena berbagai sebab, terutama terkait dengan dinamika kehidupan sosial yang semakin sibuk secara  personal.