Mohon tunggu...
Yakob Godlif Malatuny
Yakob Godlif Malatuny Mohon Tunggu... Dosen - verba volant scripta manent

Dosen dan Peneliti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Reuni Sekolah, Langkah Positif

13 Juni 2020   11:15 Diperbarui: 14 Juni 2020   10:56 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemajuan sekolah juga diukur dari apa yang dicapai, apa yang diperbuat alumninya. Itulah ungkapan Jusuf Kalla saat memberi sambutan pada acara puncak reuni akbar alumni SMA Negeri 3 Makassar yang digelar pada 30 Juni 2017. Ungkapan pendek ini memberi pesan mendalam tentang pentingnya merawat hubungan antara alumni dengan sekolah.

Bila kita sorot balik ke belakang, entah lima, sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu, di ruang-ruang kelas yang sederhana setiap pagi para guru menemui kita dengan niat tulus, mereka berupaya memecahkan pikiran, memeras keringat demi mengembangkan budi, cipta, dan karsa (kreativitas). Tentu dengan besar harapan, kita bisa berdiri menjadi orang yang berguna, kelak nanti.

Kita perlu menyadari, apapun profesi dan keadaan kita saat ini tidak terlepas dari tangan dingin para guru di jaman dulu. Guru adalah salah satu profesi yang bisa melahirkan segala jenis profesi yang lain. Meminjam sebuah kalimat bijak "jika di dunia ini tidak ada guru, maka kita tetap menjadi orang yang cerdas, sayangnya secerdas masyarakat primitif". Memang, belajar tanpa tuntunan dari guru ibarat melepaskan seorang penduduk desa di kota metropolitan seperti Jakarta atau New York. Pasti tersesat.

Sebagai alumni yang baik, kita harus tahu berterimakasih atas jasa para guru. Kita harus luruskan niat baik untuk merawat hubungan dengan sekolah. Reuni adalah langkah positif. Perlu digelar untuk menyambung tali persaudaraan, merawat hubungan antara alumni dengan para guru dan murid. Memang, waktu yang paling menyenangkan adalah saat kita bercengkrama, menjaga kehangatan kebersamaan, menggulirkan banyak detik dalam keceriahan.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tim dari Brigham Young University dan Universty of North Carolina (UNCLA), Amerika terhadap 300,000 orang menyimpulkan dukungan emosional yang didapat dari para kolega dan orang-orang tercinta dapat membuat hidup seseorang menjadi lebih bermakna. Hal ini amat penting agar tidak memicu stres atau depresi berat yang dapat menjadi penyakit dan memicu kematian lebih cepat. Dukungan positif ini bisa mengalir dari para kolega dan orang-orang tercinta saat ajang reuni. Itu artinya, ada manfaat baik dari kegiatan yang satu ini.

Seorang psikolog klinis dan forensik ternama di Jakarta, Kasandra Putranto, menegaskan reuni mampu memberikan rasa senang, ajang memperkuat koneksi yang nantinya bisa berguna bagi karier maupun usaha yang dijalankan. Namun lebih dari itu, reuni adalah momentum yang sehat bagi para alumni untuk kembali membangun sekolah dengan segala potensi yang dimiliki.

Reuni menjadi lebih bermakna bila alumni membuat serangkaian agenda positif yang melibatkan para alumni. Entah itu bakti sosial, seminar, cerita pengalaman maupun ilmu, penyampaian pesan dan kesan hingga ditutup dengan agenda puncak reuni. Di situ, ada ruang bagi para alumni untuk menyalurkan berkat, pengalaman terbaik, dan ilmu yang didapat selama menempuh pendidikan dan berkarier di dunia pekerjaan.

Penulis menyudahi tulisan pendek ini dengan berpesan kepada para pembaca yang terhormat, "mari reuni, mari sambungkan tali persaudaraan, dan rawat hubungan antara alumni dengan para guru agar menjadi lebih intim demi pengembangan mutu sekolah yang lebih baik".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun