Mohon tunggu...
Yakob Godlif Malatuny
Yakob Godlif Malatuny Mohon Tunggu... Dosen - verba volant scripta manent

Dosen dan Peneliti

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cegah "Bullying", Selamatkan Karakter Anak Bangsa

15 Februari 2018   16:22 Diperbarui: 23 Agustus 2018   22:04 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

NURANI anak bangsa kerap kali terpojok karena bullying yang datang silih berganti menerpa kehidupan mereka. Meski generasi bangsa yang terlahir di masa kemerdekaan, bebas menikmati pendidikan yang sudah dijamin pemerintah, namun mereka tidak steril dari pahit getirnya perilaku bullying.

Bullying merupakan tindakan yang tidak terpuji karena mengandung kekerasan baik berupa fisik seperti memukul, menendang, dan mendorong maupun berupa verbal seperti mengancam, mengejek, menyindir, dan mengolok-olok. Bullying biasanya akan mengacu pada perilaku yang berulang dan terus-menerus. Oleh karena itu, tindakan ini bisa menjadi hal yang tidak menyenangkan pada seseorang.

Tekanan bullying ibarat virus yang dapat menyerang dan merusak sel-sel dalam tubuh, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran pendidik yang bisa memberi panacea (obat mujarab) untuk mencegah perilaku bullying. Sebab, bullying kian merajalela diantara anak bangsa dan sangat disayangkan jika terus dibiarkan merusak potret pendidikan kita. Bullying kerap kali mengiris hati anak bangsa dapat meyakinkan kita betapa rapuhnya sistem ketahanan pendidikan, khususnya di sekolah.

Hasil penelitian yang dilakukan Ida dan Komang pada tahun 2014 terhadap 176 pelajar di Bali mengonfirmasi hal dimaksud bahwa, bullying terjadi di sekolah dan korbannya akan mengalami kesulitan dalam bergaul, kesulitan berkonsentrasi dalam belajar bahkan merasa takut ke sekolah sehingga berdampak pada penurunan prestasi belajar. Hasil survei yang dilakukan oleh yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA) dalam workshop anti bullying tertanggal 28 April 2006 yang dihadiri oleh kurang lebih 250 peserta dan menemukan 94,9% peserta yang menyatakan bullying memang terjadi di Indonesia khususnya di sekolah.

Bullying sudah tentu dialami oleh para pelajar di Tanah Air, bahkan tindakan bullying di beberapa sekolah menerbitkan darah dan air mata, lebih parahnya lagi tindakan ini tidak diketahui oleh pendidik karena tidak ada laporan dari para pelajar. Tindakan seperti memukul, menendang, dan mendorong maupun mengancam, mengejek, menyindir, dan mengolok-olok telah menjadi kanker kritis yang menembus kedalaman jantung kehidupan para pelajar.

Sang pem-bully ibarat harimau lapar melahap mangsa, tanpa tersisa rasa kemanusiaan walaupun pelajar yang di-bully sudak tak berdaya. Semua ini memberi gambaran jelas tentang pendidikan bangsa kita yang sungguh memprihatinkan dan gagal dalam membangun karakter bangsa yang bermartabat.

Tindakan Penyelamatan

Tindakan penyelamatan karakter anak bangsa dari serangan virus bullying mesti dilakukan secara terus-menerus oleh seluruh kepala dinas pendidikan provinsi di Tanah Air, seluruh kepala sekolah, dan pendidik melalui beberapa langkah.

Pertama, seluruh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi mesti mengadakan sosialisasi kepada seluruh pendidik tentang program anti-bullying agar para pendidik memahami dengan baik dan benar tentang perilaku bullying, dampaknya, strategi pencegahan maupun cara menghadapi kejadian bullying, mengingat kehadiran pendidik sebagai aktor kunci untuk menangkal bullying.

Kedua, seluruh kepala sekolah mesti membuat program gerakan moral di lingkungan sekolah dalam bentuk apapun demi memperbanyak kebaikan di kalangan peserta didik, agar virus bullying bisa hilang akibat banyaknya kebaikan yang telah menjalar dalam nurani setiap peserta didik. Penulis yakini, kebaikan akan selalu berjaya atas keburukan apapun.

Ketiga, pendidik boleh mengambil tindakan tegas bila peserta didik mem-bully temannya, namun pendidik tak boleh mem-bully peserta didik. Karena pendidik yang terdidik mesti melahirkan ucapan dan tindakan yang mendidik. Pada dasarnya pendidik harus menjadi role model (panutan) bagi setiap peserta didik dalam bentuk apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun