Sore ini saya membuka kompasiana dan tersenyum membaca artikel yang saat ini saya tanggapi, kompasianer Muhamad Mustain menulis, Prabowo tidak siap Jagoanya Anies-Sandi kalah.? Saya ingin mengingatkan saja, sepertinya itu hal yang wajar. karena pertama,sedikitnya jumlah dukungan partai politik dan jauhnya Anies-Sandi dari lingkaran kekuasaan. Masak gak paham.
Seharusnya itu, kalau ikut pil RT, pil RW, pilkades, pileg, pilbup, pilgub, pilpres, ya harus siap kalah dan siap menang. Urusan curang itu nanti dilihat dan dinilai selama prosesnya, dan tentu saja harus dicegah. Kalau kalah tidak selalu karena dicurangi, kalau menang tidak selalu karena curang. Curang dan menang-kalah itu dua hal yang berbeda meski bisa berjalan beriringan. Â Masak ga paham. (Muhamad Mustain).
Seluruh kader PDIP di minta datang ke Jakarta untuk membantu Kampanye Ahok-Djarot. semua elit PDIP berkomentar "waspada" dengan kecurangan yang akan datang. saya tertegun dan sedikit bingung dengan pernyataan elit PDIP termasuk ketua umumnya Megawati Soekarno Putri
"Saya sih yakin lah asal jangan dicurangi lah. Makanya, saya minta tolong, dengar baik- baik dan sebarkan. Jangan datang siangan aktivitas nyoblos, pagi, duduk saja dan nanti jangan pada pulang setelah penghitungan difoto saja, yang penting di tempat nyoblosnya, jangan ada yang ragu deh," katanya saat berada di Rumah Lembang, Jakarta, Rabu (15/3/2017)
Sedikit saya berikan pencerahan untuk para pendukung Ahok di kompasiana ini (wabil khusus Muhamad Mustain, kompasianer yang ikut menulis tentang toleransi, namun tidak sejalan dengan artikelnya yang cenderung provokatif, bagaimana tidak provokatif, yang lebih dulu berkomentar soal kecurangan itu Ibu Mega (Mohon perbanyak wawasan).
Hitungan kekuatan politik dan segala sesuatunya ada di Pasangan calon Ahok-Djarot, dengan dukungan mesin parpol PDIP, Golkar, Hanura, Nasdem serta PPP tentu sebuah supervisi (pengawasan) habat akan bisa di lakukan, dengan parpol sebanyak itu tentu para kadernya bisa ikut mengawasi. itu yang pertama, dan yang kedua. bukankah "Teman Ahok" (TA) jumlahnya sangat signifikan (konon 1 juta orang). dan ketiga. alat kekuasaan ada di pasangan Ahok-Djarot.
Saya fikir tiga alasan itu sangat relevan untuk membuat Ahok dan pendukungnya percaya diri, bukan malah memercik air mendulang muka tetangga. ops salah, mendulang muka sendiri.
Sebagai penulis yang baik dan sudah terverifikasi ada baiknya mengajari saya yang belum bisa menulis dan belum terverifikasi, apalagi sudah pernah ikut  terlibat dalam menulis soal toleransi bersama dengan Thamrin Sonata dan banyak penulis hebat. Masak ga paham.
Sumber bacaan