Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Professional -

47 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java SPA Owner, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Di Jerman, Pelaku Tabrak Lari Harus Melapor, Lho

23 Juni 2016   02:59 Diperbarui: 23 Juni 2016   17:05 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: zeenews.india.com

Kejadiannya setahun lalu di bulan puasa.

Siang itu musim panas matahari sedang giat bekerja rupanya. Kulirik termometer di dinding, huh hampir 30°. Di sini musim panas sangat kering dan panasnya serasa membakar kulit. Tenggorokanku serasa kering sekali, sakit dan nyeri. Hari ini tidak puasa, karena sakit tenggorokan rasanya perih dan dari kemarin kepala kliyengan serasa mau jatuh. Ku harus minum obat untuk melegakan tenggorokan dan minum supplement.

Ku tahu mungkin kurang zat besi atau kurang protein, atau kurang vitamin mungkin juga mengingat saya tidak pernah sahur di sini. Bagaimana mau sahur kalau waktu malam terlalu singkat, jam 12 malam biasanya kami tidur. Sedangkan imsak kira-kira pukul 3 pagi lebih. Mana sempat ku sahur?

Siang itu Seiko bekerja seperti biasa di studio spa. Dia sedang menunggu customer yang sebentar lagi datang. Sedangkan aku telah selesai melulur Frau Biedermann. Sekarang ku juga harus menunggu pembayaran di meja receptionist. 

"Was kostet alles," tanya Frau Biedermann

"38 euro," jawabku.

Frau Biedermann mengulurkan uang 40€ dan menolak kembalian 2€ dariku.

"Dankeschön, bis nächste mal," kataku sambil mengantarkan ke pintu.

"Tschus." 

Aku segera menyuruh Seiko mengecek dan merapikan meja massage karena sebentar lagi Frau Schulze datang. Kemudian ku langsung ke samping rumah dan menyebur ke kolam renang, bergabung dengan anakku yang minta ditemani.

Sejurus kemudian kulihat sepintas bayangan Frau Schulze nampak terburu-buru. Salamku, "Guten Tag," dari pinggiran kolam tak digubrisnya. Kuteruskan menemani anakku berenang dan bermain dengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun