Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama FEATURED

Pernah Populer di Indonesia, Platform Path Akhirnya Tutup

18 September 2018   07:32 Diperbarui: 18 Oktober 2019   13:36 2900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Goodbye Path - ilustrasi: makemac.com

Path pernah mencapai pengguna 4 juta orang di Indonesia. Dan inipun yang menggugah Kakao, vendor asal Tiongkok, mengakuisisi Path tahun 2015. Namun setelah bertarung selama 8 tahun, Path akhirnya gugur di 'medan perang' platform sosmed.

Path akan tidak ada lagi di Playstore mulai 1 Oktober. Sedang Path akan tidak lagi mengupdate linimasa pada tanggal 18 Oktober 2018 nanti.

Mungkin benak kita bertanya, mengapa bisa Path tutup? Padahal Path unik dan memiliki target users tersendiri.

Path, menurut pendirinya adalah platform berkonsep privacy. Ketika dirilis kali pertama tahun 2010, pengguna hanya akan memiliki 50 followers. Lalu dinaikkan menjadi 150 orang. 

Dengan kata lain, Path memang berfokus pada interaksi lingkar teman terbatas. Daripada ribuan teman di sosmed tapi hanya beberapa orang yang sering diajak komunikasi.

Platform Path-lah yang memulai menggunakan sticker. Sticker emotion yang menjadi bagian Facebook juga dianggap meniru Path. Dan banyak lagi platform sosmed yang akhirnya mengimitasi model stickers emotion Path.

Mengapa orang meninggalkan Path? Mungkin inilah yang membuat kita banyak bertanya. Saya coba berikan beberapa alasan dari media mainstream dan opini pribadi.

Pertama, Facebook sebagai 'raja' sosmed tidak bisa dilawan. Ya. Path kalah dengan persaingan dengan raksasa FB dengan Instagram dan WhatsApp yang dimilikinya. Dengan lebih dari 1,5 miliar pengguna, FB menjadi sumber informasi sekaligus sosmed. Belum lagi ratusan juta users pada IG dan WA.

Jika ditengok ke belakang Friendster dan MySpace juga mati dikarenakan FB. Walau tidak langsung, FB sejak 2006 dengan segala kemudahan interface dan friending, memanjakan users.

Kedua, Path menolak diakuisisi Google. Saat Path memiliki 50 juta lebih users, Google sempat menawarkan 100 juta USD di tahun 2011. Namun karena merasa tertekan, Dave Morin pendiri Path menolak tawaran Google.

Mungkin dengan 'diurusi' oleh Google, Path masih bisa bertahan. Tetapi juga, melihat sosmed G+ dari Google, sepertinya masa depan Path juga belum pasti baik. Namun Morin tidak akan lepas karirnya dari platform sosmed. Kabarnya ia berinvestasi pada Slack.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun