Mohon tunggu...
Gio Ivo
Gio Ivo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Sharing, Reduce the burden and double the happiness"

7 Desember 2018   11:00 Diperbarui: 7 Desember 2018   11:08 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebagai wujud kepedulian sosial kami sebagai seorang mahasiswa katolik kepada anak-anak yang mungkin berlatar belakang berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya, yang selalu didampingi oleh kedua orang tua mereka, maka pada tanggal 20 Oktober 2018, kami mengikuti kegiatan Social Project yang diadakan oleh Fakultas Farmasi Universitas Airlangga di wilayah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kampung Anak Negeri kota Surabaya. 

Di sela-sela kesibukan kuliah, kami ikut serta dalam persiapan kegiatan Social Project tersebut. Pada hari Sabtu tanggal 20 Oktober 2018, setelahpersiapan selesai, kami segera meluncur ke lokasi kegiatan. 

Suara khas anak-anak riuh terdengar begitu memasuki kawasan Kampung Anak Negeri yang terletak di Jalan Wonorejo 130, Rungkut. Kompleks asrama pondok sosial itu tidak pernah sepi aktivitas. Sejak pagi hingga senja hari, aktivitas penghuninya hampir tidak berhenti, dari belajar mengajar, mengaji, hingga mengasah hobi. 

Di Pondok Sosial Kampung Anak Negeri itu, puluhan anak jalanan, anak putus sekolah, dan penyandang kesejahteraan sosial ditampung. Melalui kegiatan di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Sosial Kota Surabaya itu semua penghuninya diharapkan bisa tetap meraih mimpi.

Kegiatan Social Project dilakukan dengan berbagi keceriaan berupa menari, menyanyi, dan bermain games bersama. Lalu dilengkapi dengan berbagi kasih berupa pemberian sembako dan baju yang masih layak pakai di penguhujung acara. 

Selama kegiatan, banyak ditemukan anak-anak di Pondok Sosial tersebut tidak bersedih dan tetap bersenang-senang. Mereka seperti tidak memiliki dendam atas kehidupan ini, meski mereka tidak ada orang tua, mereka selalu tersenyum dan bahagia. 

Di sini kami merasa bahwa sepahit apapun hidup, tetaplah berbahagia dan tersenyum, selalu pandang sesuatu dengan positif. Dan yang pasti jangan memiliki suatu kebencian bahkan dendam sekalipun karena itulah yang akan menjadi duri di dalam daging.

Hal penting setelah mengikuti kegiatan sosial ini adalah mengucap syukur terhadap segala sesuatu dan berusaha untuk selalu tersenyum. Sebagai orang yang dianugerahi, hendaklah kita berbagi kebahagiaan kepada sesama, karena apalah artinya hidup bila semua yang kita lakukan hanya untuk diri sendiri saja.

Kadang yang disebut guru sebenarnya adalah orang yang lebih tidak beruntung daripada kita. Melalui mereka, kita dapat belajar tentang arti kehidupan sebenarnya. Tentu kita harus bersyukur jika nasib kita jauh lebih beruntung daripada mereka, tetapi kita juga tidak boleh lupa untuk melihat kebawah, tidak hanya selalu melihat keatas.

"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." (Matius 5:9)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun