Mohon tunggu...
Gilang Surya Nugraha
Gilang Surya Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - jalani hidup ini dengan senyuman

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030098

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bahayanya Aplikasi TikTok terhadap Kepribadian Anak di Bawah Umur

16 Juni 2021   14:15 Diperbarui: 16 Juni 2021   14:30 1782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Populernya TikTok sebagai sarana hiburan membuat penggunanya tidak memiliki batasan dalam mengakses. Banyaknya keseruan yang ditawarkan membuat aplikasi ini digemari oleh semua kalangan usia. Para penggunanya mengaku merasa sangat senang membuat video dengan berbagai musik yang disediakan di aplikasi ini, dengan banyaknya fitur fitur yang disediakan dalam aplikasi tiktok banyak penggunanya yang merasa puas. Namun sayangnya, banyak yang tidak menyadari bahwa aplikasi ini didominasi oleh usia anak-anak sehingga masih banyak ditemukan konten tidak pantas yang penulis khawatirkan dapat mempengaruhi kepribadian anak karena anak-anak mudah tertarik dengan sesuatu yang menarik yang bisa menimbulkan kecanduan dan negatif lainnya.

Kejenuhan masyarakat terhadap pandemi membawa aplikasi TikTok kembali digemari oleh semua kalangan usia, banyak diantara mereka yang berusaha produktif dengan membuat beberapa konten kreatif melalui aplikasi ini. Namun ternyata pengguna aplikasi ini didominasi oleh usia sekolah dasar yakni kisaran 5-10 tahun. Di usia yang sangat dini terlebih tanpa pengawasan orang tua, TikTok dapat berpotensi memberikan pengaruh yang negatif bagi kepribadian anak. Pasalnya orang-orang yang mengakses TikTok dapat membuat konten apapun termasuk konten yang tidak sewajarnya dilihat oleh Anak usia 5-10 tahun. Kekhawatiran orang tua terhadap anak-anak akan mengikuti apa yang tidak sepantasnya mereka lihat, sebab anak-anak belum memiliki kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan salah. 

Di era perkembangan teknologi seperti sekarang, media sosial memang sangat digemari. Bahkan saat ini kita sudah jarang menemukan anak-anak yang memilih bermain atau berinteraksi di luar rumah. Banyak diantara mereka lebih memilih menghabiskan waktu untuk bermain ponsel pintarnya dan mengakses berbagai macam media sosial, salah satunya adalah TikTok.

Berbagai macam konten mereka buat demi memperoleh perhatian masyarakat. Mulai dari konten unik, lucu, edukasi, sampai konten yang tidak layak dipertontonkan kepada anak usia di bawah umur. Tak banyak pula yang menyadari bahwa aplikasi yang memiliki batasan usia 16 tahun ini justru didominasi oleh usia anak-anak. Sementara anak-anak belum bisa memilah mana yang baik untuk dirinya dan mana yang buruk. Anak-anak berpotensi mengikuti konten apapun yang disajikan di dalam aplikasi ini. Dan hal itu pun terbukti dengan beredarnya video TikTok seorang anak yang menirukan gerakan tidak senonoh diiringi latar music dj dangdut.

Aplikasi ini juga memiliki fitur chat yang memungkinkan penggunanya membuat sebuah grup atau komunitas yang isinya adalah orang asing dengan rentang usia yang beragam, tentu ini berbahaya bagi anak karena berpotensi terjadinya penculikan. Adapun beberapa modus yang mungkin dilakukan setelah tergabung dalam komunitas tersebut, diantaranya adalah berkenalan, kemudian dilanjutkan dengan chat pribadi yang isi pesannya menjurus kepada tindakan seksual. Contohnya seperti misal anak yang masih belum cukup umur mengirimkan foto telanjang dada kepada orang yang baru ia kenal di grup tersebut. Tentu hal ini sangat berdampak bagi kehidupan dan masa depan si anak. Pasalnya apabila foto tersebut diunggah atau disebarkan di sosial media dapat menjadi rekam jejak diri yang suatu saat bisa berakibat pula terhadap kehidupannya atau profesinya. Belum lagi kondisi mental atau kejiwaan si anak ketika menerima perundungan dari netizen.

popmama.com
popmama.com
Pengguna TikTok di Indonesia paling banyak yaitu gen Z dan gen Y. Gen Y merupakan milenial dan gen Z itu di bawahnya milenial usia 14-24. Usia terbanyak pengguna TikTok adalah anak- anak yang dimana mereka masih menempuh pendidikan formal seperti SD, SMP, SMA bahkan kulaih. Pada usia-usia tersebut seharusnya mereka berada dalam masa produktif sebagai pelajar. Mereka dituntut untuk berperan aktif dalam pendidikan dan berpikir kritis dalam menanggapi sebuah persoalan dalam pendidikan. Semangat belajar yang tinggi juga diperlukan dalam masa seperti ini, dikarenakan daya saing antar pelajar yang semakin ketat.

Pada saat pandemi seperti ini, kegiatan belajar mengajar oleh semua satuan pendidikan terpaksa dilakukan secara daring atau virtual dari rumah masing-masing. Mendikbud mengatakan, Prinsip kebijakan pendidikan di masa pandemi Covid-19 ini mengutamakan keselamatan dan kesahatan para pendidik serta murid sehingga system pendidikan di Indonesia dilakukan secara daring menggunakan aplikasi yang mendukung pembelajaran. Penggunaan aplikasi pembelajaran ini biasanya berdampingan dengan media sosial.

Dengan adanya pembelajaran secara daring, anak-anak sering memanfaatkan penggunaan gadget yang harusnya untuk belajar malah digunakan untuk bermain media sosial. Salah satunya adalah aplikasi TikTok. Mereka awalnya beranggapan bahwa aplikasi ini hanya digunakan untuk mencari hiburan dikala bosan belajar. Namun, pada kenyataannya mereka justru lebih sering menggunakan aplikasi ini dan mereka melupakn kegiatan belajar. Hal tersebut menjadikan semangat belajar dalam diri anak-anak semakin menurun. Jika anak-anak malas dalam Belajar maka mereka akan tertinggal dalam pembelajaran dan akan berdampak buruk bagi masa depan anak.

Penggunaan aplikasi TikTok secara berlebih juga bisa menyebabkan kecanduan bagi anak-anak. Seorang Psikologi mengatakan segala sesuatu yang bisa membuat menarik perhatian anak pasti bisa mengakibatkan ketagihan, tak terkecuali aplikasi TikTok. Kecanduan yang ditimbulkan akibat dari seringnya menggunakan aplikasi TikTok seperti harus selalu membuat konten dalam TikTok, jika tidak membuat maka akan merasa gelisah dan cemas, serta apabila mendengar music yang berkaitan dengan TikTok langsung menggerakan tubuh sesuai music tersebut.

Tubuh yang bergerak sendiri di luar kendali kita memang ada dalam dunia kedokteran tetapi tidak disebut dengan TikToK syndrome, kondisi itu merupakan masalah dalam kesahatan yang sangat serius. Misalnya, kondisi tardive dyskinesia, yaitu kondisi munculnya gerakan involunter seperti meringis, menghentak-hentakkan kaki, atau menggoyangkan bahu. Selain itu ada juga Tourette syndrome merupakan kondisi neuropsikiatri yang membuat penderitanya bisa mengeluarkan kata-kata atau gerakan spontan. Kata atau gerakan yang dikeluarkan sifatnya berulang dan tidak disadari. Jika kondisi ini tidak langsung diterapi biasanya akan membuat penderitanya malu, depresi, dan mengasingkan diri. Karena, bisa saja kata atau gerakan spontan yang muncul tak mengenal waktu dan tempat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun