Mohon tunggu...
Gilang Surya Nugraha
Gilang Surya Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - jalani hidup ini dengan senyuman

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030098

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bertahan Hidup di Masa Pandemi Covid-19 dengan Budidaya Jamur Tiram

22 April 2021   21:08 Diperbarui: 22 April 2021   21:28 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 yang melanda mampu merontokan sendi perekonomian di Tanah Air, terlebih pada sector usaha. Hal ini juga dirasakan oleh M Albar.

Seorang pegawai di suatu pabrik yang tidak jelas statusnya, karena diberhentikan begitu saja oleh atasanya tanpa diberi tahu kapan mulai masuk lagi. Sehingga dia berinisiatif untuk mengembangkan tumbuhan tinggi kandungan gizi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warga sekitar yaitu budidaya jamur tiram.

Jamur merupakan organisme bermanfaat heterotroph. Hidup Cuma menumpang sebagai saprofit pada bahan-bahan organik yang telah mati. Namun siapa sangka ternyata jamur memiliki banyak kandungan nutrisi yang dibutuhkan tubuh manusia.

Daging jamur mengandung banyak protein yang hampir sama dengan hewan,namun lebih sehat untuk dikonsumsi. Dibanding dengan protein dalam telur, jamur khususnya jamur merang memiliki semua kandungan asam amino essensial yang terdapat di dalam telur. Bahan untuk kandungan lysine dan histidinenya lebih tinggi dari pada telur.

Hal inilah yang membuat prospek bisnis jamur amat mengiurkan. Disamping itu, peluangnya masih sangat terbuka lebar.

dokpri
dokpri
Memanfaatkan gubug kecil berdinding ayaman bambu serta limbah kayu gergaji, dikampung karangsangrahan, kelurahan plosogede, kabupaten Magelang, seorang pemuda yang bernama M Albar sukses membudidayakan jamur tiram putih sebagai ladang meraub pundi pundi rupiah.

Untuk menbangun usaha budidaya jamur ini terbilang cukup mudah dan tidak membutuhkan modal yang besar. Cukup mengandalkan suhu ruangan yang stabil, lumaan lembab maka hasil panenanya pun dapat dipetik setiap hari.

Untuk memenuhi permintaan pasar, tak jarang pemuda ini kesulitan memenuhi permintaan yang dating dari warga setempat ataupun eyek-eyek (penjual sayuran keliling) yang datang setiap harinya.

Dari 700 baglog atau bungkus perbenih jamur, mereka dapat memanen sedikitnya 6 kilogram perhari dan dijual seharga 15 ribu rupiah untuk warga sekitar, sementara untuk pada penjual sayur keliing dijual 13 ribu rupih perkilogram.

Untuk memeuhi perminaan, mereka menargetkan dapat memanen 3.000 baglog atau dapat mrnghasilkan 70 kilogram per hari.

M Albar juga mengatakan bahwa di tengah pandemi covid-19 ini volume permintaan jamur meningkat drastis. Khususnya jamur tiram cenderung stabil dan tidak berkurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun