Mohon tunggu...
Gilang Nugraha
Gilang Nugraha Mohon Tunggu... Freelancer - Jr. Content Writer

untuk mendukung silahkan donasi di https://saweria.co/Gilangn isi konten Harian

Selanjutnya

Tutup

Bola

Hati-hati Mengidentikan Cara Bermain Berdasarkan Warna Kulit, Cenderung Berbau Rasis

30 November 2020   14:50 Diperbarui: 30 November 2020   15:07 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Kasus Rasisme kerap kali menjadi sorotan di dunia yang paling baru adalah kasus George Floyd di Amerika dimana dirinya harus kehilangan nyawa karena kehabisan nafas pada saat dilakukan sebuah penangkapan atas dirinya dimana lutut Polisi Amerika yang menekan bagian belakang lehernya menjadi penyebab ia kehilangan nyawanya, karena kekuatan sosial media pada saat ini kasus itupun menjadi viral dan mendapat simpati dari beberapa negara salah satunya adalah liga Inggris yang masih mengadakan ritual setengah duduk untuk memperlihatkan bahwa mereka ikut peduli akan keadilan kasus ini, dan ikut meramaikan tagar #blacklivesmatter, ya kita tahu bahwa beberapa pemain kulit hitam banyak bermain di Eropa dan tidak sedikit yang mendapatkan kesuksesan, namun seringkali beberapa pundit dan para fans sepakbola membuat sebuah pengindentikan sebuah cara bermain seseorang berdasarkan warna kulitnya.

Hal ini justru kerap kali menjadi bahan perbincangan biasa dimana suatu pundit atau komentator sering membahasnya untuk melakukan review maupun preview suatu pertandingan bahkan beberapa fans sepakbola kadang ikut andil dalam hal penilaian pemain di lapangan. Dan terkadang secara sengaja atau tidak sengaja memberikan opini identik terhadap para pemain yang memiliki warna kulit tertentu. Misalnya sampai sekarang di posisi gelandang tidak adanya pengakuan akan intelektual pemain kulit hitam dimana jika pemain itu berkulit putih seringkali diberikan beberapa julukan bagus nan unik dari mulai seorang profesor sampai seorang magician. Dan paling uniknya di tim-tim besar tidak terdapat pemain nomor 10 berkulit hitam dimana maraknya penggunaan formasi 4-2-3-1 dimana terkadang pemain nomer 10 atau disebut sebagai playmaker tidak menggunakan jasa pemain berkulit hitam ini bahkan hanya terdapat satu nama sampai sekarang yang dikenal yaitu Jay-jay Okocha

Contoh yang paling tersorot adalah dimana adanya perlakuan yang berbeda antara 2 pemain hebat yang bermain di Manchester City dimana sebenarnya mereka di lini tengah memiliki fungsi yang sama dan kreatifitas yang sama, yaitu Yaya Toure dan David Silva . dimana sebenarnya Yaya Toure memiliki kapasitas yang lebih lengkap seperti umpan panjang, tendangan keras, visi yang luar biasa didukung dengan fisik jangkung dan besarnya yang dimanfaatkan oleh dirinya untuk mendominasi lini tengah lawan dan jasanya tersebut terbukti bisa mendatangkan gelar Premier League pertama untuk Manchester City. bahkan yang paling menyedihkan adalah dimana dirinya sempat berkeluh kesah terhadap timnya sendiri dimana dirinya meminta untuk diberikan kue ulang tahun, hal ini pastinya terjadi karena ia merasakan tidak adanya kesetaraan antara apa yang diberikannya untuk tim dan perlakuan tim terhadap dirinya.

Bahkan saya sebagai pengagum Yaya Toure di lapangan merasakan suatu diferensiasi dari perlakuan tim Manchester City terhadap dirinya dimana pada saat pemain lain yang satu angkatan dengan dirinya yaitu David Silva mendapatkan Farewell yang sangat meriah justru Yaya Toure hanya dianggap sebagai angin lalu saja dan tidak mendapatkan perlakuan yang sama, bahkan Yaya Toure yang menurut saya adalah salah satu gelandang terbaik di Premier League kerap kali skill yang lengkapnya hanya  di identikan dengan 2 skill dimana dirinya kerap kali hanya memiliki tendangan keras dan fisik yang kuat, padahal kemampuannya lebih dari hal itu, dan kerap kali ketika seorang legenda ditanya tentang best XI di premier league mereka akan lebih memilih Patrick Viera yang lebih memiliki kekuatan untuk menjadi keahliannya.

Hal ini bahkan dilakukan secara tidak sengaja dalam penerapan suatu taktik di suatu Tim besar seperti misalnya Anderson pemain asal Brazil yang diboyong Sir Alex Ferguson ke Manchester United dari Porto pada tahun 2007 pada dasarnya memiliki posisi asli di nomor 10 dan juga terkadang dimainkan di posisi sayap namun ketika datang ke Manchester United dirinya justru di simpan di posisi nomor 6 atau di posisi pivot dimana maraknya penggunaan formasi 4-2-3-1, hal ini mungkin dilakukan karena pada saat itu Chelsea memiliki dua pemain di posisi ini yakni salah satunya adalah  Michael Essien dimana dirinya memiliki fisik yang kuat, bagaikan meminggirkan posisi asli Anderson Silva Fergie akhirnya memaksakan posisi 6 kepada dirinya.

Adapun yang terjadi pada saat ini dimana Paul Pogba sebagai pemain yang memiliki mentor Andrea Pirlo di Juventus yang lebih mengedepankan visi bermainnya dengan menghasilkan beberapa passingnya yang tepat dan memberikan beberapa Hollywood pass ke penyerang untuk dikonversikan menjadi gol, maka tidak aneh bahwa dirinya tidak banyak berlari di lapangan karena pada dasarnya permainan Andrea Pirlo pun sama seperti itu dan lebih menerka-nerka kemana bola akan datang dan di alirkan , ya mungkin apabila Paul Pogba berkulit putih tidak akan ada penilaian bahwa dirinya pemain yang malas di Manchester United sekarang ini. Bahkan cuplikan-cuplikan mengenai Pogba pun lebih memperlihatkan dirinya melepaskan tendangan kerasnya dibandingkan dengan visi permainannya dan seringkali dibandingkan dengan rekan satu negaranya Kante yang memiliki pola permainan yang berbeda dan dirinya dimana Kante memiliki tugas untuk memotong aliran bola musuh dan merebut penguasaan bola sebagai gelandang bertahan dimana pada posisi pun mereka memiliki fungsi yang sudah pasti berbeda pula

Bahkan seorang Sadio Mane pun sekarang lebih sering dianggap hanya memiliki kecepatan untuk dapat sukses di trio Liverpool namun pada dasarnya Mane memiliki kemampuan lebih dari itu dimana ia memiliki umpan yang mematikan sebagai seorang sayap dan juga memiliki insting gol yang sangat tajam mungkin jika dirinya berkulit putih, dirinya bisa lebih dihargai sebagai seorang Eden Hazard pada saat bermain di Chelsea dan menjadi andalan dan salah satu pemain top di Liverpool, bahkan mungkin bisa menjadi salah satu kandidat peraih Ballon D'or  yang dimana persaingan dua Alien Cristiano Ronaldo & Lionel Messi dimana Luka Modric pernah memenangkan gelar ini mengalahkan dua pemain tersebut

Bahkan pemain kulit hitam lainnya yang sukses seringkali hanya diidentikan dengan dua hal selain kekuatan fisik yang kuat ( bison), kecepatan diatas rata-rata dan pemain dengan posisi bek yang keras. Bagaikan apabila seorang pemain kulit hitam yang tidak memiliki beberapa faktor itu adalah pemain yang sangat buruk, namun pada dasarnya seharusnya kita lebih bisa mengapresiasikan kemampuan yang berbeda-beda karena apabila seorang pemain kulit hitam hanya memiliki skill sebatas itu dan dinilai dari faktor tersebut maka akan sangat membosankan bukan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun