Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Bagaimana Pertandingan Tanpa Penonton Mengubah Tradisi Tim Kandang?

24 Oktober 2020   16:51 Diperbarui: 25 Oktober 2020   02:55 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar disadur dari Bola Kompas. (DARREN PATEMAN/EPA-EFE).

Hal demikian bisa dicapai dengan kemenangan, ada argumen yang menguatkan bahwa kemenangan kandang bisa mempertahankan minat penggemar untuk datang ke stadion, hanya fans fanatik yang rela membayar untuk menyaksikan tim mereka kalah tiap pekan.

Setidaknya sampel yang diambil University of Reading cukup terbukti di Bundesliga yang menjadi pionir menjalankan kompetisi secara hati-hati mulai pada 16 Mei 2020. Rory Smith dari The New York Times, menjadikan Bundesliga untuk menguji lebih lanjut terkait pengaruh stadion tanpa penonton.

Jumlah kemenangan kandang di Liga Utama Jerman itu turun 10% akibat ketidakhadiran penonton, menjadi 33% dari semula 43% saat stadion terisi penonton. Rupanya perubahan itu bisa dibilang cukup ekstrem sehingga Lukas Keppler, Direktur Pengelolaan Perusahaan Data dan Analitik Impect, mencatat "keunggulan tuan rumah jadi negatif".

Sementara itu, data yang dibuka oleh Firma Analisis lain, Gracenote, tim tuan rumah mencetak lebih sedikit gol daripada yang mereka lakukan saat stadion penuh (dengan rataan 1,74 sampai 1.43 gol per laga), yang berdampak pula pada skor akhir pertandingan.

Tak cuma gol, secara keseluruhan tim tuan rumah menciptakan lebih sedikit tembakan dengan penurunan sekitar 10%, hal itu berimbas pada statistik lainnya seperti penurunan umpan silang, tendangan sudut, dan lainnya.

Bukan hanya kualitas serangan yang merosot, beberapa kiper Bundesliga juga kerap tampil anti-klimaks kala bermain di kandang sendiri. Mereka justru tampil lebih baik ketika melakoni laga tandang. Saves mereka meningkat saat laga tandang.

"Ini adalah temuan yang sangat aneh. Karena itu adalah penjaga gawang yang sama, dimainkan pada laga kandang dan tandang," ungkap Simon Gleave, Kepala Analisis Olahraga Gracenote.

Tim Tamu Tak Lagi Melawan 12 Pemain

Suporter di Liga Inggris bisa mengintimidasi para pemain lawan dari jarak dekat. Pada gambar, Raheem Sterling (Man. City) bahkan mendapat perlakuan rasial dari suporter Chelsea di musim 2018-2019 (Foto: Empics Sport via theguardian.co.uk)
Suporter di Liga Inggris bisa mengintimidasi para pemain lawan dari jarak dekat. Pada gambar, Raheem Sterling (Man. City) bahkan mendapat perlakuan rasial dari suporter Chelsea di musim 2018-2019 (Foto: Empics Sport via theguardian.co.uk)

Penggila sepak bola tentu familiar dengan kalimat tim tuan rumah kerap bermain dengan 12 pemain. Sebabnya penonton seringkali disebut sebagai pemain ke-12 yang kerap memberikan kontribusi berupa intimidasi atau tekanan pada sang pengadil, wasit.

Di masa pandemi, ketiadaan penonton bikin wasit merasa lebih leluasa menegakkan aturan karena tidak ada lagi intimidasi dari tribun. Dalam 83 pertandingan yang dianalisis oleh Gracenote, tim tuan rumah mendapatkan hukuman penalti lebih banyak di stadion yang kosong daripada biasanya. Mereka juga menerima lebih banyak kartu kuning.

Kedua tim juga lebih banyak menciptakan pelanggaran di stadion kosong, sebuah pertanda bahwa wasit tanpa kerumunan orang di stadion lebih objektif dalam menegakkan aturan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun