Mohon tunggu...
GIFANI FARIS ALDA
GIFANI FARIS ALDA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya merupakan pribadi yang teratur, terencana, dan juga gemar melakukan hal-hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Masuk Vokasi? Mengapa Tidak?

7 Juni 2022   22:13 Diperbarui: 7 Juni 2022   22:41 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan merupakan hal sangat penting bagi setiap individu, dan dapat dikatakan sebagai salah satu penunjang kesuksesan dalam hidup. Orang yang berpendidikan akan berbeda dengan orang yang tidak berpendidikan. Hal ini dapat dirasakan melalui tingkah lakunya, pola pemikirannya, dan juga bagaimana mereka menyikapi suatu permasalahan yang menimpa dirinya.  

Setiap jenjang pendidikan sejatinya memberikan suatu kontribusi yang positif bagi setiap individu tergantung bagaimana mereka menilai dan menjalani proses pembelajaran selama mengenyam pendidikan. 

Tak jarang antara banyak pilihan pendidikan sering menimbulkan kontroversial di kalangan masyarakat utamanya para orang tua dan juga orang sekitar yang menilai individu tersebut melanjutkan pendidikan. Salah satunya yang sering menjadi problematika dan kontroversial yaitu pilihan untuk melanjutkan pendidikan setelah masa SMP, yaitu melanjutkan SMA atau SMK yang mana antara keduanya memiliki perbedaan, 

jika SMA melanjutkan bidang keilmuan atau pendidikan yang lebih general terhadap bidang ilmu yang dipelajari, sedangkan SMK lebih difokuskan kepada bidang keilmuan terapan yang dapat diterapkan langsung baik di kehidupan sehari-hari maupun di dunia kerja. Permasalahan muncul ketika memikirkan hal yang akan terjadi selanjutnya setelah dari pendidikan ini, 

kalimat yang sering dikatakan seperti “Mau jadi apa masuk SMK” atau bahkan “Kenapa kok masuk SMK” seakan kedua kalimat yang sering diucapkan ini menjadi problematika bagi individu untuk melanjutkan pendidikannya, tak ayal hingga membuatnya ragu untuk memilih pilihan tersebut.

Sama halnya ketika telah lulus dari jenjang SMA, pilihan demi pilihan sangat terbuka lebar pada keadaan ini, yaitu bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas, memilih untuk memulai bekerja, atau bahkan tak jarang banyak yang langsung memutuskan untuk menikah. 

Namun, seringkali ditemui pilihan demi pilihan ini menjadi kontroversial bagi mereka yang hendak memutuskan untuk melanjutkan arah hidup mereka, yang mungkin sering terjadi, tetapi tidak disadari yaitu pilihan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas. 

Selama ini masyarakat mengenal jenjang yang ada di universitas hanyalah program sarjana, magister atau bahkan doktor. Namun, terdapat satu jenjang yang mungkin masih banyak orang di luaran sana yang masih belum tahu atau bahkan mengesampingkan dalam artian tidak memperdulikan jenjang yang satu ini, yaitu jenjang diploma, yang biasa ditempuh melalui program vokasi

Banyak sekali tanggapan orang-orang terhadap program vokasi ini terlebih jenjang diploma, sama halnya dengan SMA vs SMK banyak yang menilai sebelah mata mereka-mereka yang sedang menempuh pendidikan tingkat diploma ini, mulai dari “Ngapain kok masuk vokasi” atau “Nanti susah cari kerjanya kalau lulusan vokasi” atau bahkan “Oh vokasi, D3 ya? berarti lebih tinggi aku statusnya”. 

Acapkali kalimat-kalimat tersebut sering didengar atau bahkan sudah menjadi hal yang biasa mereka hadapi nantinya ketika memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tingkat diploma pada program vokasi.

Hal yang banyak orang tidak sadari akan sisi positif dari program pendidikan ini yaitu mulai dari lama pendidikan yang lumayan singkat daripada program sarjana, porsi praktek yang lebih banyak daripada teori sehingga lebih mudah untuk mengaplikasikan ilmunya ke dunia kerja, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun