Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidayah Lokal dan Hidayah Universal

17 Juni 2022   07:01 Diperbarui: 17 Juni 2022   07:02 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidayah itu petunjuk. Petunjuk dari Tuhan. Jika Tuhan diakuisisi oleh agama tertentu, hidayah akan berarti lokal dan pastinya juga subjektif. Bisa jadi, hidayah akan bernilai kontradiktif jika itu berupa kepindahan keyakinan (agama) ke keyakinan yang lain.

Orang yang pindah dari agama A ke agama B biasanya dianggap mendapat hidayah oleh penganut agama B, tetapi dianggap "berkhianat" oleh agama A yang baru ditinggalkannya.

Padahal, kalau itu berasal dari Tuhan, mestinya bernilai universal. Hidayah tidak bisa hanya dipandang dari suatu agama tertentu saja. Hidayah memiliki nilai universal, nilai yang mengatasi semua perbedaan. Salah satu nilai universal tersebut adalah kemanusiaan.

Seseorang yang mendapat hidayah (universal) pastinya memiliki kemajuan besar dalam memahami nilai kemanusiaan. Artinya, ia menjadi lebih manusiawi, menjadi lebih baik perilakunya terhadap manusia lain, baik yang disukai maupun yang tidak disukainya. Jika perilakunya terhadap manusia lain justru lebih buruk, jika ia merasa dirinya (dan golongannya) ternyata jauh lebih mulia daripada orang atau golongan lain, jika ia merasa orang yang berhak mendapat perlakuan baik hanya yang dari golongannya saja, bisa dipastikan hidayah yang diperolehnya bersifat subjektif, hidayah yang diperolehnya bersifat lokal.

Nilai-nilai lokal sebuah hidayah bisa berupa pandangan politik tertentu, bisa  juga berupa agama tertentu. Sebenarnya, agama pun mestinya bersifat universal. Akan tetapi, kadang nilai universalnya tidak dipahami dan diterapkan dengan baik. Dengan kata lain, pemeluk agama universal tidak selalu memahami dan menerapkan ajaran agamanya secara universal. Mereka sering terjebak dengan nilai-nilai lokal yang tak lain hanya berupa budaya manusia belaka, budaya masyarakat masa lalu di mana agama mereka pertama kali berkembang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun