Mohon tunggu...
Ghinaa masturina
Ghinaa masturina Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Nama : Ghinaa Masturina NIM : 202110230311060

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Internet untuk Self-Diagnosis?

28 September 2021   14:06 Diperbarui: 28 September 2021   14:11 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Zaman kini, internet ialah hal yang tidak asing lagi. Internet dapat memudahkan seseorang untuk mengakses serta mempublikasikan aneka macam informasi ke penjuru dunia, seperti perkembangan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya. Akan tetapi, tahukah anda mengenai cyberchondriasis?

Cyberchondriasis didefinisikan sebagai, "eskalasi kekhawatiran yang tidak berdasar perihal tanda-tanda umum berdasarkan tampilan hasil pencarian dan literatur online." (White dan Horvitz, 2009). Hal ini mengacu pada kecenderungan individu untuk menggunakan informasi yang tersedia secara online untuk mendiagnosis diri mereka sendiri. Dengan kata lain, seseorang akan mengalami kekhawatiran setelah membaca informasi di internet tentang gejala penyakit yang dialami tanpa mencari sumber yang relevan.

Seseorang yang mengalami cyberchondria merasa khawatir yang berlebihan karena ia melakukan self-diagnosis. Nah, self-diagnosis memiliki arti sebagai proses di mana individu mengamati diri mereka sendiri, tanda-tanda patologi serta mengidentifikasi penyakit atau gangguan tanpa konsultasi medis. Self-diagnosis menimbulkan beberapa efek, seperti efek kognitif, afektif, perilaku dan efek positif.

  • Efek kognitif 

Efek kognitif merupakan salah satu efek utama dalam kategori ini. Self-diagnosis akan menciptakan keadaan kebingungan di mana subjek tidak yakin apakah dia benar-benar memiliki gangguan tersebut. Ketika berkepanjangan, ini menciptakan keadaan waspada yang berlebihan, individu mulai melakukan upaya ekstra agar mereka tidak berperilaku 'bergejala', kehilangan focus, memiliki persepsi diri tentang abnormalitas dan mordibitas, yaitu menganggap dirinya tidak normal, memiliki gangguan dan tidak dapat disembuhkan.

  • Efek afektif

Efek yang paling jelas dan mudah diperoleh dari data adalah tekanan fisik dan emosional yang menyertai self-diagnosis. Subjek akan merasa khawatir bahwa gangguan yang diyakini mungkin mempengaruhi masa depan mereka.

  • Efek perilaku

Efek ini bisa menjadi sangat berbahaya apabila menjadi perkembangan kebiasaan yang tidak sehat seperti penggunaan dan penyalahgunaan zat seperti nikotin dan alcohol, hal ini terjadi karena subjek ingin menghindari situasi.

  • Efek positif

Self-diagnosis dapat  memfasilitasi pemahaman diri yang lebih dalam dan membantu seseorang mengevaluasi bagaimana ia akan menyesuaikan dirinya, juga memastikan bahwa ia tahu bagaimana berperilaku dengan orang lain. Jadi, semua tergantung dari cara kita menghadapinya ya..

Saat dua atau lebih sindrom terjadi bersamaan terhadap orang yang sama, maka hal seperti ini diklaim sebagai komorbiditas. Nah, self-diagnosis mengakibatkan seseorang melewatkan komorbiditas yang ada. Itulah bahaya self-diagnosis terhadap kesehatan mental. (Halodoc, 2021)

Menurut Idn Times,2021 terdapat 5 cara untuk menghindari self-diagnosis :

  • Hindari mencari tahu penyakit berdasarkan gejala yang dialami dari internet
  • Jangan jadikan selebritas atau tokoh fiktif yang menderita penyakit tertentu sebagai rujukan
  • Tidak mengikuti tes-tes online mengenai kesehatan mental
  • Jangan menganggap serius perkataan orang sekitar bahwa kamu mengidap penyakit tertentu
  • Apabila merasakan gejala penyakit segeralah periksakan diri ke dokter.

Jadi, apabila kita merasakan suatu gejala penyakit, segeralah bertanya ke dokter dan jelaskan secara detail bagaimana dan sejak kapan gejala yang telah dialami. Jangan mendiagnosa diri sendiri melalui hasil pencarian di internet, apalagi berdasarkan sumber yang tidak relevan yaa..

Daftar Pustaka 

Ahmed A, Stephen S (2017), Self-Diagnosis in Psychology Students, International Journal of Indian Psychology, Volume 4, Issue 2, No. 86, ISSN:2348-5396 (e), ISSN:2349-3429 (p), DIP:18.01.035/20170402, ISBN:978-1-365-68609-2

White, R. W., & Horvitz, E. (2009). Cyberchondria: Studies of the Escalation of Medical Concerns in Web Search. ACM Transactions on Information Systems. https://doi.org/10.1145/1629096.1629101

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun