Mohon tunggu...
Ghefira Aliya Sobana
Ghefira Aliya Sobana Mohon Tunggu... Student

Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Karya Tari Rungkun Karuhun yang Unik dan Mistis Ciptaan Cahya Agung Permana Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

14 Maret 2022   09:26 Diperbarui: 14 Maret 2022   09:42 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Cahya Agung Permana

Bogor, 08 Maret 2022 - Rungkun Karuhun merupakan tarian tradisional garapan baru yang unik dengan aura kuat dan mistis. Rungkun Karuhun berasal dari Bahasa Sunda yaitu rungkun yang artinya rumpun dan karuhun yang artinya leluhur atau sesepuh. Tarian ini mengandung filosofi yang dalam yaitu menggambarkan suatu cerita fakta yang terjadi akibat salah satu ulah manusia
yang mengakibatkan sebuah tragedi yang menimpa warga di Desa Sindang
Barang Jero Kota Bogor. Koreografi tarian ini dibuat oleh Cahya Agung Permana
seorang mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta program studi pendidikan tari
yang juga berprofesi sebagai penari tradisional. Secara garis besar karya tari ini
menceritakan tentang rumpun leluhur di mana konon pohon bambu masih
dipercaya sebagian masyarakat masih terdapat penunggunya. Maka dari itu, tarian
ini dibawakan dengan latar belakang pohon bambu pada malam hari untuk
memberikan penonton suatu gambaran dari kisah dibalik tarian tersebut serta
untuk menambah kesan mistis agar pesan yang dibawakan sampai kepada
penonton. Sebelum membawakan tarian ini penari melakukan sesajen terlebih
dahulu untuk para karuhun atau leluhur demi kelancaran acara atau tarian yang
dibawakan.


Gerak tari Rungkun Karuhun menggunakan pijakan gerak tari Sunda Ketuk Tilu
yaitu melalui pengembangan gerakan sehari-hari dan menuangkannya ke dalam
karya tari baru. Selain gerakan tarian ini yang unik karena berasal dari
pengembangan gerakan sehari-hari, tarian ini juga menggunakan busana yang
unik yaitu karya tari ini menggunakan busana bernuansa hijau dan emas, yang
mana hijau itu sebagai simbol kehidupan dan emas itu sebagai simbol kehangatan.
Kedua warna tersebut memiliki kesinambungan pada karya tari ini yang
menggambarkan kehidupan yang memiliki kehangatan.

Sumber: Cahya Agung Permana
Sumber: Cahya Agung Permana

Penari tarian Rungkun Karuhun ini terdiri dari lima orang yaitu Cahya Agung
Permana, Indra Permadi Mayada, Muhamad Fazrin Ananda Resta, Muhamad
Syahrul Ramadhan, dan Virgi Andrian. Musik tari bernuansa tradisi Sunda
menyelaraskan tarian tersebut. Musik tari ini digarap oleh pemusik yang bernama
Ipin Pian dan sekar dalang yang bernama Aden Abdu.


Sebelum membuat koreografer dari Rungkun Karuhun Cahya melakukan
observasi ke Desa Sindang Barang Jero Kota Bogor dan melakukan wawancara
kepada seorang narasumber. Sinopsis dari tarian Rungkun Karuhun yaitu “Mun
indit kudu pamit, mun ngala kudu menta” yang artinya adalah kalau berangkat
harus pamit dan kalau mengambil harus meminta. Tarian ini mengangkat cerita
tentang tangkal awi atau pohon bambu.


“Jadi dulu di kampung aku tuh pernah ada bapak-bapak nebang pohon bambu, di
dalam tujuh hari ga pernah berhenti nebang pohon bambu sampe bersih banget
dan dia ga ijin dulu ke rungkun tersebut asal nebang aja, terus pas hari ketujuh
langsung lah terjadi puting beliung di daerah tersebut sampe ada beberapa rumah
yang rusak dan gentengnya pada copot, kemudian bapak itu kena imbasnya dan
meninggal” ujar Cahya dalam wawancara daring Selasa (08/03/2022). Hal
tersebut seperti karma yang terjadi atas perbuatan orang yang tidak bertanggung
jawab.


Konon pohon bambu masih dipercaya sebagian masyarakat terdapat penunggunya.
“Akhirnya, aku tertarik dengan cerita itu dan aku angkat cerita itu menjadi sebuah
karya dengan judul Rungkun Karuhun, intinya prosesi di mana kita harus ijin dulu
ke warga sekitar karena warga sekitar itu masih percaya kalau tangkal awi tuh ada
penunggunya jadi kita ga bisa sembarang ngambil,” ujar Cahya kembali. Maka
dari itu, Cahya selaku koreografer tarian Rungkun Karuhun tertarik dengan cerita
tersebut dan mengangkatnya menjadi sebuah karya tari tradisional.
Karya tari tradisional Rungkun Karuhun yang diangkat dari sebuah cerita itu
memiliki pesan moral untuk meminta izin terlebih dahulu ketika mengambil
sesuatu dan tidak boleh asal mengambil saja karena bisa menjadi suatu
malapetaka. Selain itu, karya tari Rungkun Karuhun ini juga mengajarkan kepada
masyarakat sekitar atau penikmat seni lainnya untuk berhati-hati dalam bertindak
dalam mengambil sebuah keputusan karena keputusan yang dipilih akan
berpengaruh besar kedepannya. Sebenarnya, pada awalnya tarian ini dibuat untuk
memenuhi tugas ujian akhir semester lima pada tanggal 14 Desember 2021 lalu.
Tarian tersebut menjadi karya seni tari tradisional yang unik dan menjadi
kebanggaan tersendiri yang berhasil diciptakan oleh Cahya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun