Mohon tunggu...
ghaziah aniqah
ghaziah aniqah Mohon Tunggu... Murid

sosok yang penuh rasa ingin tahu, suka menggali hal-hal baru dengan detail, dan punya semangat untuk memperbaiki serta mengembangkan sesuatu. Teliti, kreatif, dan selalu ingin hasil yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Memotong Gigi Peralihan Menuju Kedewasaan

25 September 2025   11:37 Diperbarui: 25 September 2025   11:33 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tradisi Pulau Bali.(https://www.freepik.Com/search format)

Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan selama upacara berlangsung. Pertama, perlindungan terhadap gigi merupakan hal yang sangat penting. proses mengikis gigi harus dilakukan dengan penuh hati-hati agar tidak merusak gigi seta menghindari tekanan yang berlebih pada gusi.Setelah upacara selesai sebaiknya menghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, karena gigi akan menjadi lebih sensitif dibandingkan sebelumnya.

Tradisi ini memerlukan biaya yang sangat bervariasi, tergantung pada paket yang dipilih umumnya, biaya berkisar dari belasan juta hingga puluhan juta rupiah untuk mengambil paket lengkap yang mencakup upacara serta resepsi.Namun, tradisi ini dapat dilaksanakan secara gratis apabila di selenggarakan oleh pemerintah daerah atau pihak puri. Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya biaya antara lain jenis upacara, jumlah peserta, pilihan paket dan fasilitas, serta pihak penyelenggaraan.

Upacara ini juga dianggap sebagai bentuk penghormatan yang tulus kepada para leluhur serta dewa-dewi yang diyakini senantiasa melindungi keluarga .Kehadiran leluhur dan kekuatan ilahi dalam setiap prosesi menjadi landasan keyakinan masyarakat Hindu Bali, bahwa upacara ini tidak hanya berfungsi untuk menyucikan diri secara pribadi, tetapi juga mempererat ikatan spiritual antara manusia, alam semesta, dan sang Pencipta. Dengan demikian, pelaksanaan upacara metatah mencerminkan keseimbangan hubungan tri hita karana-hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan. Proses ritual ini dipimpin oleh seorang pendeta Hindu yang disebut pedanda,yang berperan sebagai perantara antara manusia dan dunia spiritual.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun