Mohon tunggu...
ghardina nike nur fadlilah
ghardina nike nur fadlilah Mohon Tunggu... Freelancer - penulis abal abal tapi terus belajar

currently studying communication science

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rasisme dan Diskriminasi: Cari Celah Lewat Virus

5 Juni 2020   19:55 Diperbarui: 5 Juni 2020   19:50 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pantes sugih, bapake wong cino." "Gabisa melek, ya? Orang cina sih, pantes matanya sipit." "Merah semua kulitmu tuh kena matahari, dasar orang cina."

Kira-kira semacam itu contoh ungkapan-ungkapan penduduk pribumi saat yang secara tidak langsung melakukan diskriminasi jika tidak sengaja atau berpapasan dengan teman-teman etnis tionghoa alias 'wong cino' yang pernah ditemui penulis.

Sebenarnya masih banyak lagi ucapan-ucapan lain yang termasuk kategori diskriminasi. Bukan sebatas diskriminasi, yang paling  ditakutkan adalah diskriminasi itu akan menjadi lebih parah hingga timbul bertumpah darah sehingga memunculkan rasisme hingga xenofobia. Padahal tidak seluruhnya bagian dari etnis tionghoa ingin menguasai dunia terutama nusantara. Semua ini tidak terlepas dari cetakan sejarah nenek moyang. Sampai saat inipun rasis dan diskriminasi kerap ditemukan terjadi.

Tidak hanya di Indonesia, beberapa negara belahan dunia juga memiliki sejarah histori yang beragam mengenai konflik dengan Cina yang akhirnya menimbulkan berbagai macam stereotype dan timbul diskriminasi serta rasisme. Baru baru ini, dunia tengah dilanda oleh pandemi global yang disebut dengan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Virus yang menelan ribuan jiwa ini pertama kali ditemukan di daerah Wuhan yang merupakan salah satu kota yang berada di Cina.

Dugaan awalnya virus ini hinggap pada hewan yang kemudian ditularkan kepada manusia. Penelusuran terbaru yang ditemukan oleh lembaga dari Amerika Serikat, virus ini memiliki keterkaitan dengan Institus Virologi Wuhan (WIV) yang merupakan Pusat Pembiakan dan Bank terbesar virus di Asia. Meskipun pernyataan ini ditolak oleh WIV namun lembaga Amerika tetap akan melanjutkan investigasi. 

Kecurigaan Amerika memang tidak bisa dibilang beralasan, tentunya mereka juga tidak main mengerahkan segala peneliti untuk melakukan pelacakan muasal virus ini. Akan tetapi bisa terlihat sedikit hasrat kebencian pada Cina.

Virus yang masuk dalam kategori baru di awal kemunculannya ini memang memiliki banyak sebutan. Tak ayal penyebutan yang bermacam-macam itu awalnya menimbulkan berbagai kontroversi di kalangan masyarakat. Sebab, dalam dunia komunikasi sebuah nama menimbulkan persepsi tersendiri dalam diri seseorang. Hingga akhirnya World Organization Health (WHO) secara resmi memberi nama virus ini sebagai Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). 

Dalam kasus diskriminasi dan rasisme yang terlihat gamblang dilakukan oleh adanya pandemic ini adalah saat presiden Amerika Serikat Donald J. Trump menggunakan penyebutan "China Virus" dalam pernyataan akun twitter resminya.

Betul adanya jika ajakannya adalah baik yakni mengajak masyarakat untuk senantiasa melakukan pencegahan covid. Akan tetapi istilah yang digunakannya menggiring masyarakat bahwa virus ini disebabkan dan disebarluaskan oleh ras-ras tertentu. Kekuatan massa yang ia miliki mampu mengubah perpektif masyarakat khususnya warga Amerika Serikat. Apalagi kata-katanya tersebut sangat menonjol mengarah pada warga Cina.  

Sebelum muncul klaim yang diberikan oleh presiden Amerika tersebut, juga telah ditemukan banyak kasus lain mengenai diskriminasi dan rasis pada warga Cina. Di Rusia, pejabat Moskow memeritahkan polisi melakukan penggerebekan di asrama, gedung apartemen, dan bisnis untuk melacak keberadaan warga Cina.

Di New York, seorang polisi memukuli wanita Asia yang memakai masker saat berada di kereta api bawah tanah. Anak sekolahan di Los Angeles meninju teman sekelasnya yang memiliki keturunan Asia sebanyak 20 kali dan memintanya kembali ke Cina. Semua ini semakin memburuk dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh preseiden Trump yang menjadi senjata warga negara Amerika Serikat untuk membenci warga Asia terutama Cina. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun