Hal ini sama dengan menantang diri sendiri menyeberangi api. Ketika kita berada di tengah kobaran api, maka kita akan berpikir dengan segala cara, menetapkan amunisi yang cukup seperti kain basah atau sekujur tubuh yang telah diguyur air, serta keberanian maksimal untuk menaklukan api di depan mata daripada harus dilahap api dan mati.
3. Apa Salahnya Menjadi Berbeda?
Sejak awal, Desi Anwar adalah orang yang berbeda, ia menggunakan logat asing dalam berbahasa Indonesia. Meski begitu, perbedaan tersebut malah membuat ia selalu dipercaya meliput dan mewawancarai event-event berskala internasional atau kunjungan tokoh-tokoh mancanegara. Kalaupun ternyata perbedaan itu disudutkan, malah seharusnya di titik inilah kita memiliki tekad lebih dari siapapun untuk melakukan pembuktian.
Dalam perjalanannya, Desi Anwar juga memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai bagaimana seharusnya berita dikemas untuk masyarakat sehingga siapapun mau nonton berita. Coba bandingkan, bagaimana pengalaman Anda saat menonton Dunia Dalam Berita dan Seputar Indonesia?
Malu mengungkapkan ide disaat kita berpikir akan sia-sia saja karena semua orang tidak akan menerimanya, adalah lebih sia-sia daripada ide itu sama sekali tidak disampaikan atau tidak dicoba. Charles Swindoll, "Life is 10% what happens to me and 90% of how I react to it."
Dalam masalah penampilan pun begitu, Desi Anwar punya kepercayaan diri untuk menunjukkan ia apadanya meski berbeda dari kebanyakan orang di bidangnya. Inilah cara untuk menunjukkan siapa diri kita dan eksistensi kita.Â
Jadi, apa salahnya menjadi berbeda? Sesuatu yang indah dikatakan namun tak mudah dilakukan, kita selalu membutuhkan keyakinan dan keberanian untuk menjadi berbeda.