Mohon tunggu...
Gerry Gratias
Gerry Gratias Mohon Tunggu... Karyawan Swasta II Penikmat Jogja -

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Kampanye Jaman "Now" ala Bambang Soepijanto

20 Desember 2018   12:34 Diperbarui: 20 Desember 2018   12:36 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemilu tahun depan adalah kali ke sebelas kalinya bangsa Indonesia merotasi tampuk kepemimpinan. Pemilu pasca reformasi juga disebut-sebut sebagai bukti nyata demokrasi setelah beberapa dekade negara ini dipimpin presiden yang sama terus menerus.

Secara pribadi saya sudah mengalami musim Pemilu selama enam kali. Dari sekian itu, baru dua kali saya punya hak pilih yaitu pada Pemilu 2009 dan 2014. Sepanjang ingatan saya, musim Pemilu adalah saat yang bising dan riuh. Jika kini banyak caleg memilih alat kampanye cetak, baliho, spanduk, reklame, kartu nama dan lain-lain, saya mengingat dahulu partai politik berkampanye dengan jalan konvoi kendaraan bermotor di jalan raya. Suara bising knalpot yang digeber dengan nada tertentu, atribut dan kostum unik, serta acungan jari simbol nomer urut partai. Media lain yang dipakai adalah iklan televisi. Kala itu banyak Parpol yang menggubah lagu populer sebagai alat kampanye. Itulah sepintas kenangan saya pada kampanye masa Orde Baru.

Menginjak reformasi, kala calon anggota legiselatif dan presiden dipilih secara langsung, konvoi kendaraan sudah mulai berkurang. Diganti melalui iklan dengan media baru, cetak dan elektronik. Banyak caleg juga menggandeng penyanyi juga artis sebagai pemanis kampanye dalam safari politik mereka. Iklan melalui media cetak biasanya dilakukan melalui pemasangan spanduk, reklame, baliho, poster dan lain-lain. Foto caleg ditampilkan lengkap dengan nomer dan partainya. Baru-baru ini penggunaan komunikasi massa melalui media cetak membuat Partai Demokrat bergolak, pasca perusakan alat kampanye mereka secara massive di Riau.

Disisi lain jaman terus bergerak. Perkembangan teknologi tak bisa dielakkan. Makin banyak calon pemilih, terutama dari generasi milenial dan pemilih awal yang lebih lekat dengan konten digital. Sementara pemilih senior bisa dicukupkan lewat media yang lebih konservatif semisal kalender atau kaos.

Mengingat pemilih pemula dan generasi milenial punya porsi besar, para caleg mesti pintar-pintar membagi perhatian dan strategi. Bagi caleg muda kampanye melalui dunia digital tentu bukan perkara sulit karena gap usia yang tak jauh. Namun bagi caleg yang lebih kawakan, pemakaian media digital menjadi tantangan tersendiri.

Sosok Bambang Soepijanto adalah anomali dari kondisi ini. Meski tidak muda lagi, Bambang Soepijanto tak mau kalah dengan caleg-caleg yang lebih junior. Calon DPD RI dapil DIY nomor 24 ini memilih berkampanye sesuai jaman "now" dengan memanfaatkan kekuatan dunia digital yang mampu melambungkan nama serta isi pikiran dalam waktu singkat. Ia bisa menyapa dan disapa melalui banyak platform media sosial. Facebook dan Fan Page Bambang Soepijanto, Twitter @Bambang24DPDDIY, Instagram @Bambangsoepijanto_DPD24, website www.bambangsoepijanto.com dan kanal Youtube Bambang Soepijanto. Bambang Soepijanto juga sedang menyelenggarakan kontes foto bertema ke khasan daerah yang berhadiah menarik tiap minggu. Syarat dan ketentuan dapat dibaca langsung pada akun instagramnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun