Mohon tunggu...
Gerry Gratias
Gerry Gratias Mohon Tunggu... Karyawan Swasta II Penikmat Jogja -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ronda dan Perlunya Merapatkan Kembali Jaringan Kekerabatan Sosial

17 Desember 2018   00:07 Diperbarui: 17 Desember 2018   02:22 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa hari yang lalu kampung tempat tinggal saya berada digegerkan dengan ulah perampokan. Sebuah mobil yang terparkir di depan rumah dibobol kaca jendelanya. Sang perampok berhasil menggondol sebuah laptop dan barang berharga lainnya. Yang mengejutkan, kejadian itu berlangsung siang hari,ditengah perkampungan.

Perkampungan saya bukan kali ini saja dirundung musibah kejahatan. Sudah beberapa kali ini terjadi. Pengalaman buruk itu mendorong pengurus RT untuk memasang portal atau gerbang yang wajib ditutup diatas pukul 21.00. Namun apakah itu efektif? Rasanya melihat peristiwa barusan, portal itu masih bisa diterobos fungsinya. Yang mengkhawatirkan dari aksi kejahatan ini adalah kadar kenekadan si penjahat. Bagaimana kalau lain kali ia datang dengan senjata api atau tajam yang bisa membahayakan nyawa? Kekhawatiran itu musti kami telan seiring mencari solusi terbaik.

Di masa lalu kampung-kampung di Jawa atau mungkin merata di Indonesia, membangun benteng pengawas dan pertahanan lewat pos atau gardu ronda dan kegiatan siskamling. Laman historia.id malah mengurai kegiatan ronda lebih jauh lagi, sejak masa prakolonial. Kentongan yang menjadi teknologi penyampai berita berasal dari masa-masa ini.

Di beberapa gardu ronda yang pernah saya jumpai malah ada tempelan kertas petunjuk pola pukulan kentongan berupa artinya. Menginjak jaman yang lebih modern, kentongan masih dipakai dan ronda semakin disiagakan untuk mengamankan lingkungan perkampungan, sekaligus pelibatan warga sipil dalam menjaga keamanan. Masa orde baru, mulai dibentuk sistem keamanan lingkungan (siskamling) yang pelaksananya diserahkan pada hansip atau satpam. Sistem ini yang menjadi cikal bakal adanya pos jaga satpam atau poskamling di perumahan atau perkampungan modern.

Sayangnya sistem keamanan ini tidak terjaga dengan baik di perkampungan saya. Pos ronda disana berubah menjadi gudang serba guna milik RT dan terkunci rapat. Penghuni perkampungan yang beralih menjadi pekerja kantoran dengan ritme kerja mengkondisikan keadaan ini. Satu dua rumah yang cukup besar kemudian memilih mempekerjakan penjaga rumah secara mandiri.

Perlu ada sosok yang bisa merapatkan kembali jalinan gotong royong dan kekerabatan sosial di kampung, dalam konteks ini keamanan lingkungan. Sosok yang bisa mengayomi seperti Bambang Soepijanto. Mantan Dirjen Planologi dan kini menjabat ketua APKINDO ini siap bertarung di arena DPD RI mewakili DIY. Sosok bernomor urut 24 ini mengandalkan visi besar, merawat keistimewaan dengan tetap memperhatikan nilai kultural.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun